REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ternyata, pasien yang dirawat di rumah sakit dengan infeksi Covid-19 yang parah sangat berisiko mengalami gangguan kognitif, termasuk depresi dan delirium, baik selama perawatan dan setelahnya. Penelitian yang dipublikasikan di BMJ Open, dilansir dari thequint, Jumat (25/9), mengamati hampir 150 pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 pada awal pandemi.
Dari jumlah tersebut, 73 persen mengalami delirium. Pasien dengan delirium cenderung dialami pasien dengan penyakit penyerta, seperti hipertensi dan diabetes.
“Selain itu pasien juga memiliki penyakit terkait Covid-19 yang lebih parah,” kata penulis studi tersebut, Phillip Vlisides, yang juga dari Departemen Anestesiologi di Michigan Medicine, University of Michigan.
"Covid-19 juga dikaitkan dengan sejumlah hasil buruk lainnya yang cenderung memperpanjang rawat inap dan mempersulit pemulihan," tambahnya.
Tim peneliti berusaha mengidentifikasi benang merah di antara pasien yang menderita delirium dengan menggunakan catatan medis pasien dan survei. Peneliti melakukan survei setelah pasien keluar dari rumah sakit setelah alami perawatan intensif antara Maret dan Mei 2020.
Lebih lanjut, ada korelasi antara penggunaan obat penenang dan delirium. Pasien dengan delirium, biasanya dibius lebih sering dan pada dosis yang lebih tinggi.
Hampir sepertiga pasien tidak mengalami delirium yang cukup parah setelah meninggalkan rumah sakit. Sementara, 40 persen dari pasien ini membutuhkan perawatan yang rutin. Bagi banyak orang, kondisi itu berlangsung selama berbulan-bulan.
"Secara keseluruhan penelitian ini menyoroti alasan lain mengapa vaksinasi dan mencegah penyakit parah itu sangat penting, karena ada kemungkinan komplikasi neurologis jangka panjang yang mungkin tidak kita bicarakan sebanyak yang seharusnya," kata Vlisides.
Delirium merupakan suatu gangguan serius pada mental, dimana pasien gelisah dan tidak bisa berpikir jernih. Penyakit itu sendiri dapat menyebabkan berkurangnya oksigen ke otak serta perkembangan pembekuan darah dan stroke, yang mengakibatkan gangguan kognitif.
Selain itu, penanda inflamasi sangat meningkat pada pasien dengan delirium. Pasien juga mengalami ebingungan dan agitasi yang terjadi akibat radang otak.