REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Makanan dan minuman menjadi sumber energi. Namun, menurut jurnalis sains dan penulis Breath: The New Science of a Lost Art, James Nestor, sebagian besar energi bukan berasal dari makanan dan minuman, melainkan napas.
Dia mengatakan, tubuh memproses sekitar 30 pon udara setiap hari, dibandingkan dengan hanya beberapa pon makanan dan air. "Ada alasan mengapa Anda bisa bertahan hidup berminggu-minggu tanpa makanan, berhari-hari tanpa air, dan hanya beberapa menit tanpa udara," ujar Nestor, dilansir laman USA Today, Selasa (28/9).
Tetapi memahami pentingnya bernapas hanyalah permulaan. Lebih rumit untuk mempelajari cara bernapas dengan benar.
Para ahli sepakat bahwa ada manfaat dari pernapasan yang tepat. Pernapasan itu dicapai dengan pernapasan yang lebih lambat, yaitu dengan lebih sedikit menghirup dan mengembuskan napas per menit. Selain itu, menjaga mulut tetap tertutup yang artinya bernapas sepenuhnya melalui hidung.
Nestor mengatakan, banyak budaya kuno bernapas secara eksklusif melalui hidung mereka dan memahami pernapasan sebagai obat dengan cara yang telah dilupakan orang barat. Itu termasuk latihan yoga yang telah berusia 5.000 tahun. "Yoga adalah teknologi pernapasan pertama dan terpenting,” kata dia.
Salah satu keuntungan bernapas dengan cara ini adalah bulu hidung dan selaput lendir bertindak sebagai penyaring terhadap debu, jamur, dan bakteri. Menurut penasihat International Academy of Breathing & Health dan penulis The Breathing Cure: Develop New Habits for a Healthier, Happier, and Longer Life, Patrick McKeown, pernapasan hidung juga memanfaatkan oksida nitrat hidung.
“Oksida nitrat diproduksi di sinus dan dikenal sebagai antibakteri, antijamur, antipatogen, dan antivirus. Hidung adalah garis pertama pertahanan kekebalan tubuh," ujar McKeown.
Tentu hal itu berbeda dengan bernapas secara oral atau melalui mulut. Menurut mantan pelatih tim nasional triatlon AS dan profesor ilmu olahraga di Colorado State University, Pueblo, dr George Dallam, bernapas secara oral dapat menimbulkan masalah kesehatan.
“Karena udara tidak disaring, dilembabkan, atau dihangatkan hingga mencapai suhu tubuh sebelum menyentuh bronkus dan paru-paru saat bernapas melalui mulut," kata Dallam.
Manfaat lain dari pernapasan hidung adalah membantu mengatur jumlah udara yang masuk ke paru-paru. Dengan demikian, tubuh tidak mengeluarkan lebih banyak energi daripada yang diperlukan saat bernapas.
Nestor menyarankan, berlatih pernapasan selama sekitar lima detik per tarikan napas dan lima detik per embusan napas selama beberapa menit sehari. Hal itu dilakukan bersama dengan bernapas sepenuhnya melalui hidung. Itu memungkinkan tubuh mendapatkan jumlah oksigen maksimum dengan sedikit usaha.
Menutup mulut dan bernapas melalui hidung juga dapat meningkatkan kualitas tidur. "Pernapasan hidung memiliki efek mendalam pada kualitas tidur, oksigenasi, dan relaksasi," kata Nestor.
McKeown ikut menulis hasil penelitian yang menunjukkan hubungan antara pernapasan mulut dan sleep apnea dan insomnia. Dia mengatakan pernapasan hidung sangat penting untuk tidur nyenyak yang memulihkan.
Terlebih lagi, dia menjelaskan tidur dengan mulut terbuka dapat mengeringkan air liur yang dapat membuat mulut menjadi tempat berkembang biaknya bakteri. Itu sebabnya beberapa orang bangun dengan mulut kering dan bau mulut. "
Pernapasan mulut telah dikaitkan dengan halitosis, kerusakan gigi dan penyakit gusi," ujarnya.