REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru mengungkapkan sebuah lubang besar terbuka di lapisan es tertua dan paling tebal di Arktik pada Mei 2020. Area ini dikenal sebagai area es terakhir atau last ice area. Para ilmuwan sebelumnya mengira bahwa area es ini adalah yang paling stabil di Arktik. Keretakan raksasa itu menandakan bahwa es purba itu rentan mencair.
Polynya, atau area perairan terbuka pertama kali diamati di utara Pulau Ellesmere. Namun dalam laporan mereka tentang lubang di es pada Agustus di jurnal Geophysical Research Letters, para peneliti menyimpulkan dari data satelit lama bahwa Polynya serupa mungkin telah terbuka pada 1988 dan 2004.
“Bagian utara dari Pulau Ellesmere sulit untuk memindahkan es atau mencairkannya hanya karena tebal, dan ada cukup banyak,” kata penulis utama studi Kent Moore, seorang peneliti Arktik di University of Toronto-Mississauga, dalam sebuah pertanyaan, dilansir dari Space, Ahad (24/10).
“Jadi, secara umum kita belum pernah melihat bentuk Polynya di wilayah itu sebelumnya,” ujarnya.
Arktik yang Berubah
Ketebalan es laut di lepas pantai utara Pulau Ellesmere biasanya lebih dari 13 kaki (empat meter) dan memiliki usia rata-rata lima tahun. Namun, area es terakhir atau last ice area Arktik ini terbukti rentan terhadap pemanasan cepat yang terjadi di garis lintang utara.
Studi menunjukkan pada musim panas 2020, Laut Wandel, atau bagian timur wilayah “es terakhir”, kehilangan setengah dari es di atasnya. Studi lain pada 2021 menunjukkan bahwa lengkungan es yang menghubungkan es laut yang stabil dengan Greenland terbentuk kemudian dan mencair lebih cepat setiap tahun.