Jumat 22 Oct 2021 04:35 WIB

Ilmuwan Selidiki Hilangnya Atmosfer Planet Misterius

Astronom mendeteksi bukti bahwa atmosfer planet bisa hilang karena benturan raksasa.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi planet.
Foto: nasa
Ilustrasi planet.

REPUBLIKA.CO.ID, MASSACHUSETS -- Para astronom untuk pertama kalinya mendeteksi bukti bahwa sebuah planet memiliki atmosfer yang perlahan hilang akibat benturan raksasa. Para ilmuwan berpikir bahwa sistem planet yang baru lahir yang dikenal sebagai protoplanet, terbanting bersama dan menyatu untuk membentuk planet yang semakin besar.

"Tata surya kita sendiri menunjukkan banyak bukti benturan raksasa," kata pemimpin penulis studi Tajana Schneiderman, astronom di Massachusetts Institute of Technology, dilansir di Space, Kamis (21/10).

 

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Bumi dan bulan adalah produk dari benturan raksasa semacam itu di tata surya awal.  "Namun, meskipun demikian, belum ada banyak bukti pengamatan untuk benturan raksasa di tempat lain," tambah Schneiderman.

 

Sekarang Schneiderman dan rekan-rekannya telah menemukan tanda-tanda kehancuran planet raksasa sekitar 95 tahun cahaya dari Bumi. Benturan kosmik yang berada di sekitar bintang berusia 23 juta tahun HD 172555, di konstelasi Pavo, burung merak, kemungkinan menghilangkan sebagian atmosfer dari dunia.

 

"Kami telah mendeteksi atmosfer yang terlucuti untuk pertama kalinya," kata Schneiderman.

 

Bintang HD 172555 sebelumnya menarik perhatian para ilmuwan karena sifat debu yang tidak biasa di sekitarnya. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa debu bintang ini memiliki butiran yang jauh lebih halus daripada yang diperkirakan para astronom untuk piringan puing-puing yang mengelilingi bintang. 

 

Debu ini juga sarat dengan sejumlah besar mineral yang tidak biasa, seperti obsidian dan tektites kaca hitam, yang membutuhkan panas yang kuat untuk terbentuk. Penelitian sebelumnya menyarankan satu penjelasan yang mungkin untuk debu semacam itu adalah dua dunia bertabrakan, tabrakan yang melibatkan kecepatan lebih dari 22 ribu mph (36 ribu kph).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement