REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Salah seorang penulis produktif Republika Penerbit, Saiful Falah meluncurkan buku baru, Rabu (12/1). Penulis buku Jemput Surgamu tersebut membuat inovasi dalam peluncuran buku kali ini.
Peluncuran buku ke-17 rektor Institut Ummul Quro Al-Islami Bogor yang berjudul IMAN tersebut digelar di Cinepolis Keboen Raya Plaza Bogor dengan konsep unik dan berbeda.
"Ini adalah pengalaman pertama saya menghadiri acara peluncuran buku di bioskop yang dibuka dengan tahlil dan doa bersama,” kata Kang Maman saat membedah buku.
Penulis dan penggiat literasi ini juga menambahkan, ide dan konsep peluncuran buku IMAN luar biasa, menarik sekali. “Tidak kalah seru dengan isi bukunya,” ujarnya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Buku IMAN yang diluncurkan pada perayaan 1 Dekade Saiful Falah Berkarya dengan Pena merupakan sebuah buku pegangan wajib bagi generasi milenial untuk menggapai hidup bahagia. Perjalanan hidup seorang manusia bagaikan pelayaran di tengah lautan. Sebuah perjalanan panjang yang penuh rintangan dan cobaan. Topan dan badai tak pernah bisa dihindari, melainkan harus dihadapi. Karena hidup yang dijalani ini berat, maka bekal dan persiapan seorang manusia untuk menjalani hidup pun harus lengkap. Agar siap menghadapi segala kondisi. Dengan adanya IMAN di dalam dada, maka manusia bisa berjalan di atas muka bumi dengan penuh makna, bukan semboyan semata.
"Saya berikhtiar untuk mengurai kata IMAN menjadi Iman, Moral, Amal, dan Nasionalisme. Iman adalah kesaktian yang mengantarkan umat manusia terlahir ke dunia. Kesaktian iman harus dikuatkan dengan sayap ilmu. Tanpa ilmu, iman sekedar ada, lemah tak berdaya. Ilmu yang akan menguatkan iman. Ilmu tak boleh terbang sendiri, harus ada benang yang menahan ilmu, yaitu moral,” jelas Saiful Falah dalam acara peluncuran buku.
Rektor Institut Ummul Quro Al-Islami Bogor itu menambahkan, "Moral harus dihiasi dengan amal. Semakin banyak kebaikan diperbuat, semakin baik kualitas keimanan. Ilmu tanpa amal bagai pohon tanpa buah. Moral tanpa amal, bagai benteng tanpa kebun. Amal menghidupi iman sebagaimana air menghijaukan rerumputan."
Di penghujung penjelasan, Saiful Falah menyingkap makna nasionalisme. "Hubbul wathon minal iman. Cinta tanah air adalah refleksi keimanan. Semakin besar gelombang iman, semakin patriotik seseorang. Dia selalu berusaha untuk memberi kontribusi kepada negara bukan mencari cara mencari keuntungan dari proyek negara," ujarnya.