Jumat 14 Jan 2022 12:37 WIB

Kena Covid-19, Orang Jamak tak Mampu Kenali 5 Rasa Dasar

Semula, diduga orang hanya mengalami gangguan fungsi penciuman, bukan perasa.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Kehilangan selera makan (ilustrasi). Orang jamak mengalami kehilangan fungsi indra perasa setelah terkena Covid-19.
Foto: www.freepik.com.
Kehilangan selera makan (ilustrasi). Orang jamak mengalami kehilangan fungsi indra perasa setelah terkena Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehilangan indra perasa dan penciuman termasuk gejala umum dari Covid-19. Dibandingkan gejala umum lainnya, seperti batuk, demam, dan kelelahan, itu mungkin merupakan prediktor yang lebih baik mengenai kemungkinan seseorang terinfeksi SARS-CoV-2.

Orang-orang yang gejalanya bertahan setidaknya selama empat pekan setelah positif Covid-19 alias pengidap long Covid sering kali juga melaporkan kehilangan indra gustatory-nya. Ini adalah kemampuan dasar untuk mengenali rasa manis, asam, pahit, asin, dan umami (rasa gurih dari glutamat).

Baca Juga

Para ahli berasumsi bahwa sebagian besar dari pengidap long Covid tersebut tidak benar-benar kehilangan persepsi rasa dasar mereka. Kemungkinan, mereka hanya mengalami gangguan penciuman.

Ini karena indra penciuman memainkan peran penting dalam keseluruhan pengenalan rasa makanan dan minuman. Namun, sebuah studi baru menunjukkan bahwa setidaknya sepertiga dari orang-orang yang mengalami long Covid benar-benar kehilangan sebagian dari kemampuan mereka untuk merasakan rasa dasar tersebut.

Organ indra dan jaringan di lidah, langit-langit mulut, tenggorokan, dan hidung semuanya berkontribusi pada persepsi rasa. Mengunyah makanan melepaskan bau yang dideteksi oleh reseptor indera di bagian belakang hidung. Ini dikenal sebagai penciuman retronasal.

Selain itu, lidah memiliki taste buds alias indra pengecap yang merasakan rasa dasar manis, asam, pahit, asin, dan umami. Pengenalan terhadap rasa itulah menambah sensasi rasa secara keseluruhan.

Hilangnya kemampuan lidah untuk mengenali rasa dasar ini dikenal sebagai ageusia, sedangkan penurunan sensitivitas dikenal sebagai hypogeusia. Kondisi ketiga, dysgeusia, melibatkan rasa tidak enak yang menetap di mulut (seperti asam, logam, atau tengik) yang dapat mencemari rasa semua makanan dan minuman.

Nama teknis untuk hilangnya kemampuan mencium, yang bertentangan dengan rasa, adalah anosmia. Ada beberapa kesulitan dalam menilai sendiri hilangnya kemampuan indra pengecap yang sebenarnya versus persepsi rasa yang berkurang, yang merupakan konsekuensi dari kehilangan penciuman.

photo
Parosmia dan phantosmia usik penyintas Covid-19 - (Republika)

"Seperti biasanya, kita mencium rasa melalui proses penciuman retronasal, mengunyah memecah makanan akan melepaskan bau yang masuk ke dalam hidung ketika kita mengembuskan napas," kata profesor rhinologi di Guy's Hospital, London di Inggris, dan salah satu penulis studi baru, Claire Hopkins, dilansir Medical News Today, Jumat (14/1/2022).

Kondisi itu mengarah pada pelaporan yang berlebihan mengenai kehilangan fungsi indra perasa. Sebagian besar diasumsikan bahwa ini bertanggung jawab atas perubahan yang dilaporkan dalam gangguan rasa setelah orang positif Covid-19.

Studi ini menyoroti bahwa gangguan rasa yang sebenarnya juga lebih umum daripada yang diduga. Para peneliti dari University of Trieste di Italia mencoba menemukan berapa proporsi orang yang mengatakan bahwa mereka memiliki masalah dengan sensasi rasa dasar setelah kena Covid-19, kemudian memiliki kemungkinan kerusakan pada indra perasa mereka.

Peneliti mengidentifikasi 105 pasien di klinik rawat jalan telinga, hidung, dan tenggorokan universitas itu yang telah melaporkan gangguan kemampuan mereka untuk merasakan manis, asam, asin, atau pahit lebih dari tiga bulan setelah infeksi SARS-CoV-2. Peneliti memberi pasien serangkaian tes rasa dan penciuman yang divalidasi, termasuk tes penciuman Sniffin' Sticks dan tes penciuman tes Taste Strips dari persepsi rasa dasar.

Lebih dari separuh peserta yang melaporkan masalah dengan persepsi rasa dasar sebenarnya memiliki pengecapan yang khas. Namun, tes Taste Strips mengonfirmasi hipogeusia (hilangnya rasa dasar) pada 42 persen dari orang-orang ini.

Kemampuan dasar indra perasa beberapa peserta mungkin telah kehilangan sebagian fungsinya untuk membedakan antara rasa dasar hanya karena penuaan normal. Namun, bahkan setelah disesuaikan dengan kemungkinan kontribusi usia, 29 persen pasien masih tampak mengalami hipogeusia akibat Covid-19.

"Mekanismenya tidak jelas tetapi dapat melibatkan kerusakan langsung pada indera perasa, pengurangan produksi air liur (hidung dan mulut kering biasanya dilaporkan setelah Covid-19) atau proses yang lebih sentral (walaupun kemungkinannya lebih kecil)," ujar Hopkins.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement