Kamis 27 Jan 2022 01:17 WIB

WHO Prediksi Varian Covid-19 Berikutnya Bisa Lebih Menular

Varian Covid-19 berikutnya diprediksi lebih menular dari Omicron.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Varian Covid-19 berikutnya diprediksi lebih menular dari Omicron.
Foto: www.wikimedia.org
Varian Covid-19 berikutnya diprediksi lebih menular dari Omicron.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan sifatnya yang terus bermutasi, kemunculan varian-varian Covid-19 baru di masa mendatang jadi tak terelakkan. Menurut pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), variant of concern yang akan datang berikutnya diprediksi akan lebih menular dibandingkan varian Omicron.

"Variant of concern berikutnya akan lebih fit, dan yang kami maksud adalah (varian tersebut) akan lebih mudah menular karena varian itu akan melampaui apa yang saat ini ada," pungkas Covid-19 technical lead WHO Maria Van Kerkhove, seperti dilansir CNBC, Kamis (27/1/2022).

Baca Juga

Yang menjadi pertanyaan terbesarnya adalah apakah variant of concern berikutnya akan memicu gejala lebih berat atau tidak. Maria mengungkapkan masyarakat sebaiknya tidak menyimpulkan bahwa varian-varian baru yang muncul berikutnya pasti akan lebih ringan dari yang sudah ada sekarang.

"Tak ada garansi untuk itu. Kita mengharapkannya, tapi tak ada yang visa memastikan itu dan kita tak bisa bergantung pada itu," ujar Kerkhove.

Berkaca pada kondisi ini, Kerkhove menilai masyarakat perlu tetap mematuhi protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan. Di samping itu, penting juga untuk melindungi diri dengan vaksinasi.

Di sisi lain, varian-varian baru Covid-19 yang akan muncul nanti mungkin akan memiliki kemampuan untuk menghindar dari proteksi vaksin. Dampaknya, efektivitas vaksin bisa jadi menurun. Oleh karena itu, pemberian booster atau tambahan dosis vaksin Covid-19 menjadi perlu dipertimbangkan.

Mengacu pada sebuah studi, Centers for Disease Control and Prevention meneman bahwa satu dosis booster vaksin Pfizer 90 persen efektif salam mencegah perawatan di rumah sakit akibat Omicron. Angka tersebut didapatkan 14 hari setelah booster diberikan.

Health Security Agency Inggris juga menemukan bahwa pemberian booster 75 persen efektif dam mencegah terjadinya infeksi bergejala akibat Omicron. Efektivitas ini terbentuk sekitar 2-4 pekan setelah booster diberikan. Namun setelah 10 pekan, efektivitas dalam mencegah infeksi bergejala ini tampak menurun ke angka 45-50 persen.

Saat ini, Omicron digadang sebagai varian yang sangat menular dan telah memicu peningkatan kasus Covid-19 di banyak negara. Selama sepekan terakhir, WHO menerima laporan penambahan kasus Covid-19 baru di dunia sebanyak 21 juta. Jumlah tersebut mencetak rekor baru untuk penambahan kasus Covid-19 mingguan di tengah gelombang Omicron.

Meski digadang sebagai varian yang lebih ringan dibandingkan Delta, Omicron memicu peningkatan kasus Covid-19 yang tinggi. Kondisi ini turut memberikan beban yang signifikan bagi sistem layanan kesehatan.

Direktur Program Kedaruratan WHO Dr Mike Ryan mengatakan SARS-CoV-2 akan terus bermutasi. Namun Dr Ryan berharap mutasi akan menghasilkan varian dengan tingkat transmisi yang lebih rendah dengan potensi epidemi sesekali saja. Bila ini terjadi, lambat laun Covid-19 bisa menjadi penyakit yang lebih musiman atau hanya mengenai kelompok rentan saja.

Yang menjadi masalah adalah virus penyebab Covid-19 tak bisa diduga perkembangannya. Selama pandemi berlangsung, mutasi sudah beberapa kali menghadirkan varian yang cukup mengejutkan.

"(Bila itu terjadi) kita setidaknya dapat menerapkan tindakan pencegahan lagi, yang akan menghentikan varian baru ini menyebabkan lebih banyak kerusakan," ungkap Dr Ryan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement