REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK – Bagian Kemahasiswaan STEI SEBI dan KSEI IsEF berkolaborasi mengadakan program Muda Juara, Senin (31/1). Grand launching program Muda Juara kali ini mengangkat tema “Ekspektasi Vs Realita: Perjalanan menuju sukses berbagai perlombaan”.
Grand launching program Muda juara ini dihadiri oleh 78 mahasiswa/i STEI SEBI dari angakatan 2018 sampai angkatan 2021. Peresmian ini disambut dengan baik oleh Ustaz Yoyo Sundoyo SEI selaku perwakilan kemahasiswaan STEI SEBI.
Ia mengemukakan, Muda Juara adalah program kolaborasi antara KSEI IsEF dengan Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi mahasiswa/I STEI SEBI dalam berbagai bidang perlombaan, baik akademik maupun nonakademik. Muda Juara memiliki beberapa program yang akan dicanangkan, yaitu program persiapan tim juara, pelatihan dan bimbingan juara, pusat data juara media publikasi dan kampanye juara, support pendanaan perlombaan, serta penerbitan buku.
“Dengan adanya program Muda Juara, diharapkan bisa meningkatkan semangat mahasiswa/I STEI SEBI untuk berkomepetisi dan menjuarai berbagai perlombaan nantinya,” kata Ustadz Yoyo Sundoyo dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Ia berharap visi Muda Juara dapat terealisasikan, yakni STEI SEBI mampu mencapai 500 juara pada tahun 2025. Peresmian ini diawali dengan pelantunan surah Al Fatihah dan takbir bersama. Dilanjutkan dengan pemutaran video peluncuran Muda Juara.
Kegiatan grand launching kali ini menghadirkan tiga narasumber yang berasal dari alumni STEI SEBI yang berprestasi di berbagai perlombaan. Mereka adalah Daeng Halwani SAkun, Fitria Maulidina SE, dan Rizkhi Soebiharto SE. “Kami mengucapkan terima kasih kepada para narasumber yang telah berkenan membagikan pengalamannya yang berharga kepada kami,” kata Ustadz Yoyo Sundoyo.
Halwani bercerita, “Saya tertarik mengikuti debat sosial politik yang kemudian terbangun sense of belonging bagi kampus kita.”
Halwani meyakini bahwa SEBI mampu menjadi kontributor untuk mengantarkan mahasiswanya berprestasi. “Kita ikut lomba bukan untuk pemenuhan portofolio, tapi portofolio sebagai pacuan semangat untuk terus berprestasi. Almamater bukanlah tolak ukur menjadi mahasiswa untuk berprestasi,” ujarnya.
Ia berpesan, “Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang membuat kita sulit. Semua orang butuh proses. Ketika kita sudah memulai, kita sudah menghabiskan jatah gagal kita. Jangan berpedoman bahwa bagaimana kita bisa juara, tapi anggaplah bahwa juara itu adalah bonus dari apa yang kita mulai.“
Kemudian Fitria menambahkan bahwa segala potensi yang dipunyai harus selalu di-upgrade. “Berpikirlah untuk selalu memberi feedback ke kampus STEI SEBI,” kta Fitria.
Fitria juga bercerita, “Aku dulu potensinya bukan di desain, tapi olimpiade. Aku juga pernah ikut Creativity Class Competition (Business Plan) dan LKTI. Tapi lambat laun aku coba-coba ikut desain. Dari situ aku tahu kalau passion aku di bidang desain. Dengan kita ikut lomba, itu akan menambah relasi teman-teman yang sama-sama ikut lomba. Jadi bisa sharing pengalaman dan sharing ilmu. Selain itu, dengan ikut lomba, bisa menjadi peluang untuk mendapat apresiasi dan kesempatan untuk mengeksplorasi hal baru.”
Fitria berpesan, “Habiskan jatah gagalmu, agar di akhir yang tersisa hanya jatah kemenanganmu.”
Rizki Soebiharto selaku narasumber ketiga juga bercerita bahwa dia mengikuti lomba karena termotivasi oleh mentornya ketika di SEBI. Ia pernah meraih juara pertama di ajang Creative Class Competition Business Plan STEI SEBI. Soebi mengatakan bahwa
“Berprestasi itu amatlah penting agar orang lain mengetahui ide bisnis yang kita tawarkan.”
“Jadilah pejuang bukan pecundang. Pejuang yang selalu berjuang, bukan pecudang yang hanya berkomentar,” tegas Soebi, panggilan akrabnya.