REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tes smear rutin dapat digunakan untuk mendeteksi risiko kanker ovarium dan payudara, menurut penelitian baru. Temuan baru ini bisa berdampak signifikan pada tingkat kematian kanker di masa depan.
Sel yang dikumpulkan selama tes smear rutin dapat digunakan untuk mendeteksi kanker ovarium dan payudara dengan memprediksi kemungkinan seseorang mengembangkan kanker di masa depan. Smear saat ini digunakan sebagai tes untuk memeriksa dan membantu mencegah kanker serviks.
Tetapi menurut dua artikel peer-review yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications, tes mungkin dapat membantu menyaring tiga jenis kanker lain yang sebagian besar menyerang wanita.
“Membuat alat skrining baru untuk empat kanker paling umum yang mempengaruhi wanita dan orang-orang dengan organ ginekologi terutama yang saat ini paling sulit dideteksi pada tahap awal, dari satu tes bisa jadi revolusioner,” kata Athena Lamnisos, kepala eksekutif Eve Appeal, yang mendanai penelitian bersama Dewan Riset Eropa, dilansir Euronews, Kamis (3/2/2022).
Program vaksin HPV memangkas tingkat kanker serviks hingga hampir 90 persen, menurut temuan peneliti Inggris. Metode saat ini untuk menentukan risiko kanker payudara mengidentifikasi 47,5 persen wanita dengan kanker payudara dalam kelompok risiko tertinggi yaitu tes WID yang digunakan dalam penelitian baru, mengidentifikasi 76,6 persen wanita.
Demikian pula, untuk kanker ovarium, tes saat ini mengidentifikasi 35,1 persen wanita dalam kelompok risiko tertinggi, sedangkan Tes WID mengidentifikasi 61,7 persen. Lebih dari 250.000 orang Eropa didiagnosis menderita kanker payudara, ovarium, serviks atau rahim setiap tahun, dan hampir 45.000 meninggal.
Saat ini, 75 persen kanker ovarium terdeteksi pada stadium lanjut ketika tumor telah menyebar ke seluruh perut dan tingkat kelangsungan hidup rendah. Belum ada tes skrining yang andal meskipun investasi besar dikerahkan penelitian untuk menemukannya.
Bagaimana cara kerja tes baru?
Penelitian ini melibatkan penilaian sampel dari lebih dari 3.000 wanita dari 15 pusat di Eropa. Para peneliti kemudian menggunakan sampel skrining serviks sebagai jaringan pengganti untuk mengukur tanda pada DNA (atau perubahan pola dalam metilasi DNA) sel serviks. Hasilnya bisa menemukan secara khusus terkait dengan apakah seseorang menderita kanker payudara atau ovarium.
Metilasi DNA dapat dianggap sebagai "perangkat lunak" sel kita karena menentukan bagaimana sel kita harus membaca dan bertindak berdasarkan instruksi dalam DNA ("perangkat keras"). Saat orang menjalani kehidupan, lingkungan dan gaya hidup mereka terus memperbarui "kode" ke perangkat lunak mereka, dan metilasi DNA berubah.
Orang-orang yang ditemukan memiliki risiko tinggi dari salah satu dari empat kanker, kemudian dapat ditawarkan pengawasan rutin, operasi pengurangan risiko, atau terapi. Itu semua berpotensi mencegah ribuan orang terkena kanker setiap tahunnya.
“Hasil yang dipublikasikan ini menunjukkan bahwa pengujian kami dapat mengungguli metode yang tersedia saat ini,” kata Martin Widschwendter, seorang profesor di University of Innsbruck dan University College London (UCL), yang memimpin penelitian.
Namun, ia juga memperingatkan bahwa penelitian lebih lanjut dan uji klinis diperlukan untuk memastikan bahwa tes tersebut dapat secara akurat memprediksi kemungkinan orang mengembangkan empat jenis kanker.