Jumat 25 Feb 2022 03:46 WIB

Ilmuwan Temukan Asal Ledakan Radio Cepat Berulang di Luar Angkasa

Ilmuwan melacak asal FRB 20200120E.hingga 11,7 juta tahun cahaya.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Sinyal misterius semburan radio cepat.
Foto: NRAO
Sinyal misterius semburan radio cepat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan baru-baru ini menemukan sebuah ledakan radio cepat berulang (FRB) bernama FRB 20200120E. Temuan ini memperdalam misteri sinyal luar angkasa yang sudah sangat misterius ini.

Para astronom telah melacak lokasi darimana FRB ini berasal. Ternyata, dari hasil penelitian yang dipublikasikan di Nature, FBR ini berasal dari galaksi yang berjarak 11,7 juta tahun cahaya. Ini menjadikannya ledakan radio cepat ekstragalaksi terdekat yang diketahui, 40 kali lebih dekat daripada sinyal ekstragalaksi terdekat berikutnya.

Baca Juga

FRB20200120E adalah minoritas di antara FRB-FRB yang mengulangi ledakannya. Dilansir dari Sciencealert, Kamis (24/2/2022), tim astronom telah mengonfirmasi lokasi itu berada dgugus bola- rumpun bintang yang sangat tua. Lokasi ini bukan jenis tempat yang sama sekali bisa diharapkan untuk menemukan jenis bintang yang menyemburkan FRB.

 

Inilah mengapa itu menjadi masalah. Gugus bola adalah kelompok bintang kompak yang cenderung sangat tua dan berumur panjang, serta bermassa rendah, tidak lebih besar dari massa Matahari. Semua bintang mereka diperkirakan terbentuk dari awan gas yang sama pada waktu yang sama. Seperti kota kecil, bintang-bintang ini kemudian menjalani keberadaan mereka yang sebagian besar tenang bersama.

Gugus bola telah ditemukan untuk menampung jenis bintang neutron yang berputar cepat yang dikenal sebagai pulsar milidetik. Karena gugus bola sangat padat penduduknya, bintang dapat berinteraksi dan bahkan bertabrakan satu sama lain, menghasilkan objek seperti biner sinar-X bermassa rendah dan pulsar.

Semburan FRB pertama kali ditemukan pada 2007. FRB terdiri dari sinyal yang sangat kuat dari luar angkasa jutaan tahun cahaya jauhnya. Beberapa  FRB mengeluarkan energi lebih dari 500 juta Matahari dan hanya terdeteksi dalam panjang gelombang radio.

Ledakan ini sangat singkat, lebih pendek dari kedipan mata-hanya berdurasi milidetik. Kebanyakan FBR tidak berulang, membuatnya sangat sulit untuk diprediksi, dilacak, serta oleh karena itu dipahami.

Dengan menganalisis struktur halus dari sinyal radio ini, para astronom telah menemukan jenis objek yang mereka pikir dapat menyebabkannya, dengan objek padat seperti bintang neutron sebagai teori utama. Kemudian, di 2020, muncul gebrakan besar-besaran. FRB akhirnya terdeteksi dari dalam galaksi Bima Sakti, yang dipancarkan oleh magnetar.

Magnetar adalah jenis bintang neutron yang langka, inti runtuh dari bintang mati yang dimulai antara delapan dan 30 kali massa Matahari.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement