REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Pembatasan terhadap mobilitas dan interaksi masyarakat yang diterapkan untuk mencegah penyebaran Covid-19 kemungkinan berkaitan dengan penurunan tajam kasus DBD pada 2020. Para pakar menyebut, kecenderungan itu memberikan pandangan baru tentang bagaimana demam berdarah dengue dapat dikendalikan.
Riset dalam jurnal Lancet Infectious Diseases menemukan hampir 750 ribu lebih sedikit kasus DBD dari yang diprediksikan secara global untuk 2020, ketika SARS-CoV-2 mulai mewabah. Penulis senior Oliver Brady menyebut, hasil riset itu mengejutkan.
"Sebab itu memperlihatkan penurunan signifikan kasus DBD ketika orang-orang tidak bisa secara bebas pergi ke luar rumah untuk mengunjungi tempat lain, seperti sekolah," tutur Brady, dikutip Kamis (3/3/2022).
DBD tidak bisa ditularkan antarmanusia. Orang terjangkit demam berdarah dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti pada siang hari. Para ilmuwan sebelumnya berpikir bahwa sebagian besar penularan terjadi di rumah dan sekitarnya dibanding di tempat-tempat lain.
"Ini adalah sebuah tren aneh yang tidak kami sangka-sangka, sebuah hasil yang mengejutkan, yang membuka jalan untuk berpikir tentang melakukan uji coba intervensi yang lebih rinci," kata Brady selaku profesor dari London School of Hygiene and Tropical Medicine.