REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan laporan New York Times, diketahui bahwa perusahaan farmasi Moderna mengajukan izin penggunaan darurat untuk vaksin booster Covid-19 kedua. Moderna juga meminta agar booster bisa dipertimbangkan untuk bisa diberikan kepada semua orang dewasa.
Selain itu Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, bersama dengan penyedia layanan kesehatan, juga dapat menentukan siapa yang paling tepat menerima booster kedua nantinya. Menurut data CDC, sekitar 48 persen orang dewasa yang memenuhi syarat di Amerika Serikat telah menerima suntikan booster. Lebih dari dua pertiga penerimanya berusia 65 tahun atau lebih.
Permintaan tersebut diajukan Moderna sebagai upaya perlindungan terhadap varian Omicron yang merebak baik di Amerika Serikat maupun Israel. Dilansir dari Foxnews, diketahui pada Selasa lalu, Pfizer, bersama dengan mitranya, BioNTech, juga telah meminta izin penggunaan untuk booster kedua bagi mereka yang berusia 65 tahun ke atas.
"Saya adalah pendukung kuat untuk memberikan booster kedua sekarang," kata ahli vaksin di Baylor College of Medicine di Houston, Peter J Hotez.
"Perlindungan berkurang sekarang dengan cepat beberapa bulan setelah dosis ketiga anda. Harapannya adalah booster kedua akan memulihkannya." imbuhnya.
Sementara itu mantan kepala ilmuwan untuk obat dan makanan di Amerika Serikat, Jesse L. Goodman, mengatakan bahwa sementara perlindungan berkurang terhadap infeksi ringan. "Tanpa informasi lebih lanjut kami belum tahu sejauh mana, jika ada, perlindungan memudar melawan penyakit parah," ucapnya.
Dikutip dari penelitian CDC yang dirilis bulan lalu, diketahui bahwa efektivitas vaksin Pfizer dan Moderna terhadap rawat inap menurun dari yang tadinya 91 persen dua bulan setelah suntikan booster menjadi 78 persen setelah empat bulan. Namun penelitian tersebut tidak merinci rawat inap berdasarkan usia atau adanya kondisi kronis di antara faktor-faktor lain.