REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknologi mRNA dalam pengembangan vaksin saat ini mungkin hanya identik untuk penyakit menular seperti Covid-19. Padahal, teknologi ini juga bisa diaplikasikan untuk pengembangan vaksin penyakit kronis, seperti kanker hingga penyakit jantung.
"Kami memiliki berbagai studi di semua area itu dan studi-studi ini telah menunjukkan hasil yang sangat menjanjikan," jelas Chief Medical Officer Moderna, dr Paul Burton, seperti dilansir The Guardian, Sabtu (8/4/2023).
Secara umum, vaksin mRNA bekerja dengan cara mengajarkan sel-sel tubuh untuk sebuah protein yang bisa memicu respons imun di dalam tubuh. Respons imun yang memproduksi antibodi inilah yang kemudian akan melindungi tubuh agar tidak jatuh sakit bila terpapar suatu kuman penyakit.
Dr Burton mengatakan, banyak orang mengira teknologi mRNA hanya bisa dimanfaatkan untuk vaksin penyakit menular. Namun berdasarkan bukti yang ada saat ini, teknologi mRNA bisa diaplikasikan untuk mengembangkan vaksin dan terapi bagi beragam jenis penyakit.
"(Teknologi mRNA) bisa diaplikasikan untuk semua area penyakit," ujar dr Burton.
Saat ini, salah satu vaksin yang sedang dikembangkan oleh Moderna menggunakan teknologi mRNA adalah vaksin kanker. Vaksin kanker berbasis mRNA dapat memberi peringatan kepada sistem imun tubuh bila ada sel kanker yang sedang berkembang di dalam tubuh. Dengan begitu, sistem imun bisa menyerang dan melenyapkan sel kanker tersebut tanpa merusak sel-sel sehat.
Pemanfaatan teknologi mRNA dalam vaksin kanker juga memungkinkan diproduksinya vaksin kanker yang terpersonalisasi dengan kondisi pasien. Untuk bisa membuat vaksin kanker seperti ini, hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan biopsi terhadap tumor pasien dan mengirimkannya ke laboratorium.
Di laboratorium, peneliti akan berupaya mengidentifikasi fragmen protein atau mutasi yang ada di permukaan sel kanker namun tak ada di permukaan sel sehat. Dengan menggunakan fragmen protein ini, peneliti bisa menciptakan potongan-potongan mRNA yang mampu menginstruksikan tubuh untuk memunculkan respons imun yang dapat melawan sel kanker.
Berdasarkan skema ini, dr Burton optimistis bahwa Moderna bisa menghadirkan vaksin kanker yang dapat dipersonalisasikan dengan kondisi pasien. Bila berhasil, kehadiran vaksin kanker berbasis teknologi mRNA ini berpotensi menyelamatkan ratusan ribu atau bahkan jutaan pasien di berbagai belahan dunia.
"Kami akan memiliki vaksin itu (vaksin yang bisa menarget beragam jenis tumor kanker) dan vaksin itu akan sangat efektif," kata dr Burton.
Selain vaksin, dr Burton mengatakan mRNA juga berpotensi dikembangkan sebagai terapi untuk penyakit langka. Terapi berbasis mRNA bekerja dengan cara mengajarkan sel-sel tubuh untuk membuat protein yang bisa memicu respons imun dalam melawan penyakit.
"Saya pikir 10 tahun dari sekarang, kita akan semakin dekat dengan dunia yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasi penyebabgenetik dari sebuah penyakit, dan dengan cara yang lebih mudah, mengubah dan memperbaikinya menggunakan teknologi berbasis mRNA," ujar dr Burton.
CEO of the Coalition for Epidemic Preparedness and Innovations (Cepi), dr Richard Hackett, mengatakan salah satu peran besar pandemi Covid-19 adalah memungkinkannya vaksin diproduksi dengan lebih singkat. Hal-hal yang sebelumnya mungkin membutuhkan waktu hingga 10 tahun bisa ditekan menjadi hanya satu atau satu setengah tahun saja.
"Ada percepatan besar, bukan hanya dalam teknologi vaksin tradisional, tetapi juga teknologi baru (seperti mRNA)," kata President of Research and Development Novavax dr Filip Dubovsky.
a