Senin 18 Apr 2022 03:45 WIB

Studi Sebut Ada Lebih Sedikit Petir di Bumi pada 4 Miliar Tahun Lalu

Kilat mungkin tidak menjadi salah satu pemicu lahirnya kehidupan di awal Bumi.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Hujan Petir
Foto: pixabay
Ilustrasi Hujan Petir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdiri di Bumi hampir empat miliar tahun yang lalu mungkin akan menjadi pengalaman yang sangat panas, sangat sepi, apalagi jika tidak ada oksigen. Penelitian baru menunjukkan pada awal-awal lahirnya Bumi lebih sedikit petir yang ada dibandingkan pada zaman modern seperti sekarang.

Dilansir dari Sciencealert, Ahad (17/4/2022), temuan baru ini bisa membuat perbedaan pada hipotesis yang menunjukkan bahwa kilat mungkin terlibat dalam memicu kehidupan paling awal di planet kita.

Baca Juga

Para peneliti memeriksa bagaimana pelepasan streamer, percikan yang memulai kilat, mungkin terbentuk di atmosfer yang padat karbon dioksida dan nitrogen molekuler, seperti yang diperkirakan terjadi pada atmosfer Bumi purba.

“Pada dasarnya, di atmosfer yang kaya nitrogen dan karbon, Anda memerlukan medan listrik yang lebih kuat untuk memulai pelepasan streamer,” kata fisikawan Christoph Köhn dari Technical University of Denmark.

Reaksi berantai dari elektron yang dipercepat dan bertabrakan yang dikenal sebagai longsoran elektron sangat penting untuk pelepasan streamer. Bagaimana elektron berperilaku berubah tergantung pada kondisi atmosfer, dari situlah perbedaan yang baru ditemukan ini berasal.

Para ilmuwan menggunakan hipotesis karbon dioksida dan nitrogen yang pertama kali dikemukakan pada 1990-an oleh geoscientis James Kasting.

Proposal lebih lama dari Stanley Miller dan Harold Urey, diterbitkan pada 1950-an, menunjukkan bahwa metana dan amonia sebenarnya dominan di atmosfer selama miliaran tahun pertama Bumi.

Miller dan Urey-lah yang pertama kali mengajukan gagasan tentang petir yang membentuk blok bangunan kehidupan di Bumi, melalui eksperimen dalam termos berisi gas. Namun, dalam beberapa tahun terakhir pemikiran tentang komposisi atmosfer pada saat itu mulai bergeser.

“Simulasi kami menunjukkan bahwa pelepasan dalam campuran Miller-Urey muncul di medan yang lebih rendah daripada di campuran Kasting dan sebagian di Bumi Modern, yang menyiratkan bahwa pelepasan di atmosfer Bumi Kuno mungkin lebih menantang daripada yang diperkirakan sebelumnya,” tulis peneliti di makalah baru.

Artinya semua ini adalah bahwa proses produksi dan pembentukan molekul prebiotik kunci kehidupan, melalui sambaran petir, akan memakan waktu lebih lama jika gagasan terbaru tentang atmosfer awal Bumi benar. Para peneliti tidak secara spesifik menghitung berapa lama pertir mulai tersentuk.

Mereka hanya memodelkan salah satu tahap paling awal dalam proses pembentukan petir dan masih banyak yang belum diketahui. Namun, mereka mengatakan variasi “berpotensi membuat perbedaan besar” dalam seberapa sering sambaran petir terjadi.

Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan di sini, seperti memperluas cakupan penelitian untuk memasukkan keseluruhan proses sambaran petir dan menambahkan lebih banyak model kimia atmosfer.

“Pertanyaan besarnya masih, dari mana semua molekul prebiotik ini berasal?” ujarnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement