Oleh : Rusdy Nurdiansyah/Jurnalis Republika.
REPUBLIKA.CO.ID, Dosen Universitas Indonesia (UI) yang juga pegiat media sosial (medsos), Ade Armando, dikeroyok massa saat aksi demo yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) di depan Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin (11/4/2022). Ade yang mengenakan kaos hitam bertuliskan "Pergerakan Indonesia untuk Semua" babak belur di hajar dan ditelanjangi massa yang sudah tak terkontrol.
Beruntung Ade berhasil diselamatkan aparat kepolisian dari kerumunan massa sehingga tidak terjadi hal yang lebih tidak diinginkan. Sebelum kejadian tersebut, Ade mengaku tak berniat ikut dalam aksi unjuk rasa bersama mahasiswa. Namun, ia mendukung aspirasi yang menolak wacana penundaan Pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden, tiga periode.
Kehadiran mantan wartawan ini di lokasi aksi ternyata menyulut emosi sejumlah orang. Namun mereka bukan dari kalangan mahasiswa. Ketika massa sudah berkerumun, ada sekolompok orang yang meneriaki Ade hingga melemparkan kata-kata yang tidak senonoh.
Sejumlah orang menghampiri dan menuduhnya sebagai penjilat dan pengkhianat. Beberapa di antaranya ada seorang perempuan paruh baya melontarkan kata-kata, buzzer, buzzer, bulan puasa! Munafik, pengkhianat, penjilat! "Sadar kamu, sadar, bulan puasa!" teriak salah seorang ibu.
Sempat terjadi adu mulut antara Ade dengan sejumlah orang yang menolak kehadirannya di lokasi aksi. “Apa kamu! Apa kamu!” balas Ade.
Sikap Ade yang coba melawan dari umpatan inilah yang memicu massa semakin beringas dan terjadilah pengeroyokan yang dilakukan massa pendemo. Keberanian Ade hadir di aksi demo, walaupun alasannya mendukung, namun cukup berisiko di tengah massa pendompleng yang anti-pemerintah. Ade selama ini dikenal sebagai sosok pendukung Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Cukup lama aku mengenal Ade, sejak kami bekerja di Harian Republika 30 tahun silam. Dia salah satu tim litbang redaksi dan juga redaktur. Tipikalnya, Ade cukup ramah dan senang berdiskusi.
Beberapa kali, Ade kerap terlibat diskusi denganku, terutama diskusi soal kehidupan ramah keluarga. Ia juga sesekali menugaskan aku untuk membantu meliput dan menulis.
Ade juga orang yang tak mudah emosional dan memilih mengalah untuk tidak terlibat dengan debat yang menjurus cekcok. Makanya, aku cukup kaget ketika menyaksikan dari video yang beredar, Ade meladeni umpatan seorang emak-emak.
Terlihat dari mimiknya, sebelum terjadi pengeroyokan, Ade terkesan pemberani dengan menantang teriakan massa pendemo. Sikap yang konyol menurutku. Mestinya ia memilih secepatnya menghindar dari kerumunan massa yang sudah tak kondusif.
***