Kamis 21 Apr 2022 07:54 WIB

Pembangunan Observatorium Sesar Lembang Segera Dimulai

Dibangunnya Observatorium akan memberikan semua informasi bahaya Sesar Lembang.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Foto udara Gunung Batu yang merupakan bagian dari Sesar Lembang di Pasirwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Peneliti Geoteknologi LIPI Mudrik R Daryono mengatakan Sesar Lembang diprediksi berada pada fase batas akhir siklus terjadinya gempa bumi usai. (Ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI
Foto udara Gunung Batu yang merupakan bagian dari Sesar Lembang di Pasirwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Peneliti Geoteknologi LIPI Mudrik R Daryono mengatakan Sesar Lembang diprediksi berada pada fase batas akhir siklus terjadinya gempa bumi usai. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tim Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Nanyang Technological University (NTU), Singapura, beraudiensi dengan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat. Pihak terkait tengah membicarakan untuk dimulainya pembangunan Observatorium Sesar Lembang.

Observatorium Sesar Lembang sangat penting perannya untuk dapat mendukung riset dan inovasi mitigasi bencana kegempaan di wilayah Bandung metropolitan. ITB, menjadi bagian dari tim kolaborasi tersebut, sebagai bagian dari peneliti kebumian di Indonesia. Serta, sebagai upaya untuk dapat memahami lebih baik lagi terkait sains potensi bahaya dan risiko gempa bumi dari Sesar Lembang. 

Sebagai bagian dari kolaborasi ini, Ketua Tim dari ITB, Dr Endra Gunawan dari Kelompok Keahlian Geofisika Global (KK GG), Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) mengatakan, sejak 2019, KK GG sudah berkontribusi terhadap lima stasiun kontinu GNSS (Global Navigation Satellite System) untuk pengamatan deformasi secara teliti yang didukung melalui dana riset internal ITB.

“Pada tahun 2022, Tim dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, yang diketuai oleh Dr Nuraini Rahma Hanifa, akan berkontribusi terhadap tambahan tiga stasiun kontinu GNSS dan tiga stasiun seismik untuk mendeteksi kejadian gempa bumi,” ujar Dr Endra, Kamis (21/4).

Dr Endra mengatakan, di samping sains bahaya gempa, tujuan lain dari Observatorium Sesar Lembang ini adalah untuk wisata edukasi bagi masyarakat dan juga akademisi. Peralatan GNSS yang digunakan untuk pengamatan deformasi dan seismik untuk deteksi gempa direncanakan akan dibuat secara real-time dengan desain penempatan saat ini di Kompleks Pemerintahan Kabupaten Bandung Barat dan Kompleks Tahura.

“Oleh karenanya, diharapkan dengan dibangunnya Observatorium Sesar Lembang melalui kolaborasi yang dilakukan ini, akan dapat memberikan semua informasi bahaya Sesar Lembang. Sehingga menjadikan masyarakat paham dan mengerti untuk dapat hidup berdampingan dengan bencana gempa dari Sesar Lembang tersebut,” paparnya.

Sementara menurut Sekretaris Daerah, Pemkab Bandung Barat, Asep Sodikin, rencananya pembangunan Observatorium Sesar Lembang harus disambut dengan baik dari sisi pariwisata dan pendidikan. Sehingga Sesar Lembang tidak lagi menjadi faktor yang ditakuti orang. Namun, pembangunannya perlu dilihat secara tata ruang.

Menurutnya, sesuai arahan Plt Bupati Bandung Barat, ia menyambut baik untuk merealisasikan rencana ini. Sebab diskusi tentang pembangunan observatorium sudah pernah dibahas sebelumnya.

"Lembang adalah tempat wisata, alangkah baiknya Observatorium Sesar Lembang berisi informasi edukatif, sehingga masyarakat umum bisa memahami Sesar Lembang dan bagaimana menghadapinya," katanya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement