Rabu 27 Apr 2022 00:35 WIB

Simulasi Temukan Alasan Pluto tak Bertabrakan dengan Neptunus Meski Orbitnya Aneh

Pluto memiliki orbit sangat memanjang dan miring sehubungan dengan orbit planet.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Foto permukaan Pluto yang tampak seperti bekas robekan.
Foto: AP
Foto permukaan Pluto yang tampak seperti bekas robekan.

REPUBLIKA.CO.ID, ARIZONA -- Simulasi komputer menunjukkan bagaimana planet kerdil Pluto meluncur di dekat orbit kacau yang berpotensi menghancurkan dunia. Namun, Pluto beruntung ada di orbitnya. 

'Mantan planet kesembilan' yang sekarang dianggap sebagai planet kerdil ini memiliki orbit yang tidak biasa yang sangat memanjang dan miring sehubungan dengan orbit planet.

Baca Juga

Dilansir dari Space, Selasa (26/4/2022), selama 20 tahun dari 248 tahun perjalanannya mengelilingi matahari, Pluto benar-benar bergerak di dalam orbit Neptunus. Kedua planet tidak bertabrakan adalah konsekuensi dari dua sifat orbit Pluto, yang dikenal sebagai librasi azimuthal dan librasi lintang.

Librasi azimuthal menjelaskan bagaimana setiap kali Pluto melintasi orbit Neptunus, selalu setidaknya 90 derajat dari Neptunus. Sementara itu, librasi lintang memastikan bahwa ketika Pluto mencapai titik terdekatnya dengan Neptunus atau planet-planet raksasa lainnya, Pluto selalu tinggi di atas mereka dan bidang tata surya. Jika digabungkan, kedua faktor ini menjauhkan Pluto dari bahaya tabrakan dengan planet lain.

Sekarang ilmuwan planet Renu Malhotra dari Lunar and Planetary Laboratory di University of Arizona dan Takashi Ito dari National Astronomical Observatory of Japan telah mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang mengapa Pluto bertahan di orbit khusus ini.

Dalam simulasi komputer mereka menemukan bahwa Neptunus memiliki pengaruh terbesar pada librasi azimuthal Pluto, konsekuensi dari resonansi orbital 3:2 kedua planet. Artinya bahwa setiap tiga kali Neptunus mengorbit matahari, Pluto mengorbit tepat dua kali. Namun, simulasi menunjukkan bahwa Neptunus tidak terlalu memengaruhi librasi latitudinal Pluto.

Ada faktor dari planet Uranus yang turut berperan. Uranus bertindak untuk mengacaukan batasan azimuthal dan latitudinal. Jika orbit Pluto merupakan konsekuensi dari efek dua planet ini saja, orbit Pluto akan menjadi tidak stabil hanya setelah puluhan atau ratusan juta tahun, yang mengakibatkan Pluto bertabrakan dengan Neptunus (atau terlempar keluar dari tata surya sepenuhnya).

Planet Juputer dan Saturnus juga turut berperan menyelamatkan orbit Pluto dari tabrakan antarplanet. Meskipun lebih jauh dari Pluto daripada Neptunus dan Uranus, gravitasi kedua planet begitu besar sehingga mereka masih bisa mendominasi. Jupiter sendiri memberikan pengaruh gravitasi yang cukup untuk menjaga orbit Pluto stabil setidaknya selama lima miliar tahun-lamanya waktu simulasi berjalan.

Apa yang mengejutkan dari pekerjaan baru ini adalah betapa sempitnya zona stabilitas ini untuk Pluto dan bagaimana planet kerdil ini hanya dapat mencapainya berkat pengaturan planet-planet di tata surya.

Temuan ini juga memiliki konsekuensi untuk objek di orbit yang mirip dengan Pluto yang juga memiliki resonansi 3:2 dengan Neptunus. Karena orbit berbagai populasi objek kecil di Sabuk Kuiper di luar Neptunus mempertahankan jejak bagaimana mereka didorong oleh raksasa gas yang bermigrasi pada hari-hari awal tata surya, mereka memberikan jendela unik ke dalam sejarah tata surya.

Orbit mereka berpotensi menyembunyikan bukti keberadaan planet yang hilang yang dikeluarkan dari Tata Surya miliaran tahun yang lalu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement