REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando, mengatakan, perpustakaan harus bisa menyediakan tutorial dalam memberikan ruang dan kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam menciptakan lapangan kerja. Terutama, kata dia, bagi masyarakat yang terdampak oleh pandemi Covid-19.
"Perpustakaan sebagai sumber informasi bisa memiliki sebanyak mungkin data dan informasi yang bisa di-share secara legal kepada masyarakat. Saat ini perpustakaan harus bisa memberikan tutorial untuk memberikan ruang dan kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam menciptakan lapangan kerja, terutama bagi mereka yang terdampak pandemi," ujar Syarif Bando, Rabu (25/5/2022).
Dia mengatakan, gerakan literasi digital yang digalang Perpusnas belakangan ini diharapkan bisa menembus segala lapisan masyarakat agar bisa terliterasi tanpa ada lagi hambatan yang berarti. Penguatan literasi, kata dia, harus diyakini dapat menjadi daya ungkit pemulihan ekonomi di tengah kondisi pandemi.
"Bahan bacaan saat ini sudah harus menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat kekinian. Artinya, merujuk kepada apa yang bisa mereka lakukan untuk bisa terus produktif," jelas Syarif Bando.
Dia menerangkan, transformasi digital menjadi tagline utama tahun ini mengarahkan kepada upaya Perpusnas untuk menyediakan konten-konten yang bisa diakses secara mudah dari mana dan kapan saja. Hal itu juga diarahkan untuk memudahkan siapa saja untuk mendapatkan ruang pembelajaran baru, memfasilitasi para konten kreator, dan mengumpulkan berbagai konten legal dari seluruh kementerian/lembaga yang bisa diakses masyarakat.
"Literasi digital yang digalang Perpusnas adalah kebutuhan yang genting untuk saat ini. Urgensinya bukan hanya sebagai pusat data dan informasi, namun juga untuk bergerak maju mencapai lima tingkatan literasi," jelas dia.
Selain kemampuan baca, tulis dan hitung, gerakan literasi juga harus menyediakan akses terhadap bahan bacaan yang semakin luas. Kemudian, literasi juga harus mencapai tahapan memahami semua yang tersirat dan tersurat, bisa melakukan inovasi pada produk yang sudah ada, lalu tiba pada level puncak, yaitu literasi mampu membawa masyarakat sampai pada tingkatan bisa menciptakan barang dan jasa secara mandiri.
"Literasi digital ini sangat penting, karena di negara-negara maju, mereka sudah tidak lagi bicara kegemaran membaca dan akses kepada buku. Mereka sudah menciptakan teknologi baru yang mendunia," ungkap dia.
Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda, menyebutkan, media literasi akan selalu mengikuti zamannya. Dia memberi contoh, dulu literasi menggunakan media kulit hewan hingga lempeng batu. Kemudian zaman berikutnya membawa literasi dalam bentuk buku. Kini, internet sudah menjadi kebutuhan wajib masyarakat. Maka, gerakan literasi haruslah ada didalamnya, agar perpustakaan selalu relevan di mata publik.
"Perpusnas sudah melakukan ini sejak lama. Dengan digitalisasi konten, bahkan mendorong perluasan jejaringnya ke seluruh unit perpustakaan daerah-daerah," kata Huda.
Mendukung pentingnya gerakan literasi digital ini, Huda yang mewakili lembaga legislatif DPR RI, memberi dukungan yang serius bagi usaha Perpusnas dalam usaha mencerdaskan anak bangsa ini. Dia menginginkan gerakan literasi sebagai usaha kolaboratif lintas sektor, termasuk kementerian dan lembaga dari pusat sampai desa.
"Kami sering mengetuk pintu, termasuk ke Kementerian Keuangan untuk membantu. Gerakan literasi ini bukanlah gerakan instan, tapi ini jangka panjang. Apalagi, literasi saat ini bukan hanya sekedar membaca dan mengambil inspirasinya, tapi sudah harus menciptakan sesuatu," katanya.