Sabtu 11 Jun 2022 02:57 WIB

Dalam Jangka Panjang, Anosmia Pengaruhi 6 Hal Ini dalam Kehidupan Seseorang

Sebanyak 34-46 persen penyintas Covid mengalami penurunan klinis indera penciuman

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Gita Amanda
Di awal pandemi, beberapa penelitian menunjukkan sekitar setengah dari orang yang menderita Covid-19 kehilangan indra penciuman atau disebut anosmia.  (ilusrasi)
Foto: www.freepik.com.
Di awal pandemi, beberapa penelitian menunjukkan sekitar setengah dari orang yang menderita Covid-19 kehilangan indra penciuman atau disebut anosmia. (ilusrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Johan N Lundström, Associate Professor, Department of Clinical Neuroscience di Karolinska Institutet menjelaskan enam cara kehilangan penciuman akibat Covid-19 atau anosmia dapat memengaruhi kehidupan manusia.

Di awal pandemi, beberapa penelitian menunjukkan sekitar setengah dari orang yang menderita Covid-19 kehilangan indra penciuman atau disebut anosmia. Sementara 20 persen hingga 35 persen lainnya mengalami penurunan klinis dalam kemampuan mereka untuk mencium (hiposmia).

Baca Juga

Bagi sebagian besar orang, ini hanya hilangnya fungsi sementara. Namun ada juga yang mengalami masalah kehilangan penciuman dalam jangka panjang. Studi terbaru menunjukkan bahwa 12 hingga 18 bulan setelah diagnosis Covid-19 awal, 34 persen hingga 46 persen orang masih mengalami penurunan klinis dalam indera penciuman mereka. Namun, sebagian besar dari orang-orang ini tidak menyadari hal ini.

Dilansir laman Readers Digest.co.uk, masalah terkait adalah parosmia, di mana persepsi seseorang tentang bau berubah, sering kali menjadi lebih tidak menyenangkan. Penelitian menunjukkan bahwa hingga 47 persen orang yang mengalami Covid-19 dapat terpengaruh.

Covid-19 bukan satu-satunya kondisi yang dapat menyebabkan hilangnya penciuman.  Misalnya, dapat juga disebabkan oleh virus atau infeksi lain, trauma kepala, atau berbagai penyakit neurodegeneratif. Sementara bukti tentang kehilangan penciuman pasca Covid-19 masih muncul, data dari jenis disfungsi penciuman lainnya memberi kita gambaran tentang beberapa efek yang dapat ditimbulkan oleh kehilangan penciuman jangka panjang pada kehidupan sehari-hari.

1. Keamanan pangan

Orang dengan gangguan penciuman cenderung menelan makanan basi karena tak menyadari baunya.

2. Rasa

Selain sensasi rasa inti (manis, asin, pahit, asam, dan umami), hampir semua yang kita alami sebagai rasa dihasilkan oleh bau yang mencapai reseptor bau di hidung melalui saluran hidung-mulut di bagian belakang tenggorokan.

Sayangnya, tanpa indera penciuman, sebagian besar dari apa yang dimakan akan terasa sedikit atau bahkan tidak terasa sama sekali. Hilangnya kemampuan untuk merasakan bau akan membuat apel terasa seperti kentang jika Anda menutup mata.

3. Nafsu makan

Selain memberi kenikmatan saat makan, bau makanan juga memicu nafsu makan kita.  Ini berarti bahwa ketika tidak bisa mencium aroma masakan makan malam di oven, Anda mungkin cenderung tidak merasa lapar.

4. Fluktuasi berat badan

Gabungan hilangnya nafsu makan dan kesenangan dari makan membuat kebanyakan orang dengan gangguan penciuman bisa mengalami penurunan berat badan.

Namun bisa juga orang dengan gangguan penciuman dengan cepat mulai mencari kesenangan dari rangsangan sensorik lainnya saat makan, seperti tekstur, misalnya pada renyahnya makanan yang digoreng. Dan alih-alih menunggu sampai mereka lapar, banyak yang akan makan lebih sering.

Perubahan perilaku makan yang tidak disadari ini sering mengakibatkan kenaikan berat badan, yang dapat menyebabkan masalah jantung jangka panjang dan masalah kesehatan lainnya.

5. Hubungan

Ada beberapa konsekuensi dari kehilangan bau yang mungkin tidak langsung Anda pikirkan. Ambil contoh fakta bahwa seseorang yang tidak dapat mencium bau tidak akan dapat memantau bau badan mereka sendiri.  Ini bisa menjadi sumber kesadaran diri dan rasa tidak aman dalam situasi sosial.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa indra penciuman yang buruk terkait dengan penurunan interaksi sosial yang dilaporkan, jumlah teman, dan kenikmatan seksual. Yang terakhir ini juga bisa terkait dengan hilangnya kemampuan mereka untuk merasakan aroma pasangan.

6. Kesehatan mental

Sepertiga orang yang mencari pengobatan untuk masalah bau mereka melaporkan mengalami penurunan kualitas hidup dan kesejahteraan umum, dibandingkan dengan sebelum mereka mengalami masalah ini.  Ini mungkin karena kombinasi dari faktor-faktor yang diuraikan di atas.

Orang dengan disfungsi penciuman sering melaporkan gejala depresi, dan tidak jarang mereka mengaitkannya dengan masalah penciuman mereka.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement