REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Long Covid-19 yang bisa bertahan selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun pada beberapa orang, berpotensi muncul menjadi varian berbahaya. Hal ini merujuk pada teman studi para ilmuwan Austria yang diterbitkan di jurnal Nature.
Dalam laporan tersebut, ahli virologi Sissy Sonnleitner yang berbasis di fasilitas mikrobiologi di Ausservillgraten, Austria menggambarkan kasus seorang wanita berusia 60 tahun yang mengalami long Covid selama lebih dari tujuh bulan pada akhir 2020. Long Covid yang diderita wanita tersebut menyebabkan gejala yang relatif ringan termasuk kelelahan dan batuk.
Dari waktu ke waktu, Sonnleitner dan tim kemudian mengumpulkan lebih dari 20 sampel virus dari wanita tersebut. Jika mengacu pada pengurutan genetiknya, virus itu telah mengembangkan sekitar 22 mutasi.
"Ketika Omicron ditemukan akhir 2021, kami memiliki momen kejutan yang luar biasa. Kami sudah memiliki mutasi itu di varian kami,” kata Sonnleitner seperti dilansir Times Now News, Jumat (17/6/2022).
Di sisi lain, ahli mengungkap bahwa infeksi kronis semacam itu menjadi faktor utama asal-usul Omicron dan varian lain yang telah mendorong lonjakan kasus Covid-19 secara global. “Saya tidak berpikir ada orang yang ragu bahwa ini adalah sumber varian baru,” kata Ravindra Gupta, ahli virologi di University of Cambridge, Inggris.
Demikian pula dalam laporan tahun 2020, Jonathan Li, seorang dokter-ilmuwan di Brigham and Women's Hospital di Boston merinci kasus yang pada akhirnya fatal pada seorang pria berusia 45 tahun yang memiliki penyakit autoimun langka. Virus mengembangkan mutasi yang terkait dengan resistensi antibodi, termasuk E484K, dan mutasi lonjakan lain yang disebut N501Y.
Kedua mutasi tersebut terdeteksi dalam trio garis keturunan yang tumbuh cepat yang kemudian dinamai varian perhatian Alpha, Beta, dan Gamma (VOC). Omicron juga menanggung mutasi ini serta beberapa orang lain yang diidentifikasi dalam infeksi pria itu.
Para ilmuwan telah mengeksplorasi bagaimana virus mengembangkan kemampuan untuk menyebar dari orang ke orang dengan lebih mudah, menghindari respons kekebalan, atau menjadi lebih atau kurang parah. “Jika sistem kekebalan seseorang gagal untuk membersihkan infeksi sepenuhnya, virus yang masih hidup kemungkinan akan menanggung mutasi yang menghindari kekebalan yang membantu mereka bertahan dari serangan itu,” kata Darren Martin, ahli virologi evolusioner di Universitas Cape Town di Afrika Selatan.