REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari Rice University mendemonstrasikan cara memanipulasi lalat buah dari jarak jauh dengan meretas otak mereka. Dalam waktu kurang dari satu detik setelah menerima instruksi, lalat melakukan tindakan tertentu.
Para peneliti mulai dengan memodifikasi lalat secara genetik sehingga neuron tertentu menunjukkan saluran ion yang peka terhadap panas tertentu. Saluran ini akan mengaktifkan neuron ketika mendeteksi panas. Dalam hal ini, neuron mengarahkan lalat untuk melebarkan sayapnya, yang merupakan gerakan yang sering mereka lakukan saat kawin.
Nanopartikel besi oksida dimasukkan ke dalam otak serangga sebagai pemicu panas. Partikel-partikel ini memanas ketika medan magnet diaktifkan di dekatnya, yang menyebabkan neuron menyala dan lalat mengambil posisi melebarkan sayap.
Para ilmuwan menyimpan lalat yang dimodifikasi ini dalam kotak kecil di atas kumparan magnet untuk menguji teknologinya. Ilmuwan kemudian memantaunya menggunakan kamera di atas kepala. Seperti yang diharapkan, lalat melebarkan sayapnya dalam waktu setengah detik dari medan magnet yang diaktifkan.
"Untuk mempelajari otak atau untuk mengobati gangguan neurologis, komunitas ilmiah sedang mencari alat yang sangat tepat, tetapi juga invasif minimal," kata Jacob Robinson, seorang penulis studi tersebut.
“Pengendalian jarak jauh dari sirkuit saraf tertentu dengan medan magnet adalah cara untuk teknologi saraf. Pekerjaan kami mengambil langkah penting menuju tujuan itu karena meningkatkan kecepatan kontrol magnetik jarak jauh, membuatnya lebih dekat dengan kecepatan alami otak,” ucap dia, dilansir dari New Atlas, Selasa (20/7/2022).
Tujuan utama tim adalah menggunakan teknologi ini untuk membantu individu dengan gangguan penglihatan mendapatkan kembali penglihatannya. Mereka mungkin pada dasarnya dapat menghindari mata dengan merangsang korteks visual.
Metode serupa telah digunakan untuk mengontrol gerakan tikus, yang dapat membantu mengembangkan perawatan yang lebih efektif untuk masalah mobilitas yang berasal dari otak.
DARPA, organisasi yang mendanai proyek tersebut memiliki rencana lain. Tujuan utamanya adalah membuat headset yang dapat membaca aktivitas saraf di otak satu orang dan menuliskannya ke otak orang lain, sehingga mentransfer pikiran atau pengalaman di antara orang-orang.