Selasa 26 Jul 2022 18:40 WIB

Ilmuwan Temukan Zat Baru dalam Meteorit yang Hantam Bumi 50 Ribu Tahun Lalu

Meteorit Canyon Diablo menghantam Bumi 50.000 tahun yang lalu.

Rep: mgrol136/ Red: Dwi Murdaningsih
Berlian (ilustrasi)
Foto: www.pixabay.com
Berlian (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan menemukan struktur kecil dan rumit saat memeriksa berlian di dalam meteorit tua. Struktur tersebut berbentuk grafit dan berlian yang saling mengunci satu sama lain. Ilmuwan menyakini struktur itu suatu hari nanti dapat digunakan untuk membuat pengisian daya yang lebih cepat atau jenis elektronik baru.

Meteorit Canyon Diablo menghantam Bumi 50.000 tahun yang lalu. Meteorit ini awalnya ditemukan di Arizona pada tahun 1891. Meteorit ini mengandung berlian, meskipun formasi berliannya bukan varietas yang umum. 

Baca Juga

Sebagian besar berlian diproduksi sekitar 150 km di bawah permukaan bumi. Di kedalaman itu, suhu bisa mencapai lebih dari 2.000˚F. Berlian umumnya memiliki susunan kubik atom karbon.

Sebaliknya, berlian yang ditemukan di dalam meteorit Canyon Diablo memiliki struktur kristal heksagonal dan dikenal sebagai lonsdaleite. Struktur ini hanya terbentuk pada tekanan dan suhu yang sangat tinggi. 

Lonsdaleite biasanya hanya dibuat ketika asteroid bertabrakan dengan Bumi pada kecepatan yang sangat tinggi. Dalam percobaan laboratorium, cakram grafit dipercepat hingga 24.100 km/jam oleh bubuk mesiu dan udara terkompresi. 

Saat menganalisis lonsdaleite di meteorit, ilmuwan menemukan zat berbasis karbon lain yakni grafin,yang berinteraksi dengan berlian, alih-alih formasi heksagonal murni. Diaphites, nama struktur itu berbentuk pola berlapis yang sangat menarik. Para peneliti menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ada sesuatu yang menunjukkan bahwa lapisan-lapisan itu tidak berbaris dengan tepat.

Penemuan diaphites di lonsdaleite meningkatkan kemungkinan bahwa sumber daya ini dapat diakses secara luas karena dapat ditemukan dalam bahan karbon lainnya. Penemuan ini juga meningkatkan pemahaman para peneliti tentang suhu dan tekanan yang dibutuhkan untuk membangun struktur.

Material ini 1 juta kali lebih tipis dari rambut manusia, sekuat berlian, tembus cahaya, dan konduktif listrik. Material ini diyakini suatu hari nanti dapat digunakan untuk perawatan medis yang lebih tepat, perangkat yang lebih kecil dengan kecepatan pengisian secepat kilat, atau teknologi yang lebih cepat dan lebih lentur.

Karena pertumbuhan graphene ini ditemukan di dalam meteorit, para peneliti sekarang dapat belajar lebih banyak tentang bagaimana mereka muncul, dan mempelajari bagaimana membuatnya di laboratorium.

"Melalui pertumbuhan lapisan struktur yang terkontrol, seharusnya dimungkinkan untuk merancang bahan yang sangat keras dan lentur serta memiliki sifat elektronik yang dapat disesuaikan dari konduktor ke isolator," kata Christoph Salzmann, seorang ahli kimia di University College London dan rekan penulis makalah yang menjelaskan penelitian tersebut. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement