Kamis 04 Aug 2022 06:40 WIB

Kebiasaan Makan yang Bisa Tingkatkan Risiko Kematian Dini, Jangan Lakukan

Menambahkan garam dapur pada masakan perlu dilakukan secara bijak.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Kebiasaan makan yang bisa meningkatkan risiko kematian dini. (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com.
Kebiasaan makan yang bisa meningkatkan risiko kematian dini. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menaburkan garam tambahan ke dalam makanan memang bisa membuat makanan tersebut terasa lebih nikmat. Namun di balik rasa yang lezat tersebut, ada risiko kematian dini yang ikut meningkat.

Pengaruh kebiasaan menaburkan garam tambahan terhadap risiko kematian ini diungkapkan dalam sebuah studi pada jurnal European Society of Cardiology. Studi ini melibatkan 501.379 warga Inggris sebagai partisipan pada periode 2006-2010.

Baca Juga

Dalam studi ini, para partisipan diminta untuk menjawab kuesioner yang menanyakan apakah mereka menaburkan garam tambahan ke makanan mereka. Garam yang dimaksud adalah garam yang yang ditambahkan setelah makanan sudah dimasak, tidak termasuk garam yang digunakan saat memasak.

Setelah menyesuaikan berbagai faktor risiko lain, seperti usia hingga masalah kesehatan para partisipan, tim peneliti menemukan bahwa orang-orang yang selalu menaburkan garam tambahan ke makanan mereka memiliki risiko 28 persen lebih tinggi untuk mengalami kematian dini. Kematian dini ini dideskripsikan sebagai kematian yang terjadi sebelum umur 75 tahun.

Kebiasaan ini juga dapat menurunkan harapan hidup orang-orang ketika sudah mencapai usia 50 tahun. Pada wanita, kebiasaan menabur garam tambahan bisa menurunkan harapan hidup dengan rerata 1,5 tahun, dan pada pria 2,28 tahun.

"Studi epidemiologis ini merupakan studi pertama yang melihat hubungan antara garam tabur di meja makan dengan seberapa sering orang-orang menggunakannya," jelas ahli gizi peraih penghargaan, Toby Amidor MS RD CDN FAND, seperti dilansir Eat This Not That, Rabu (3/8/2022).

Temuan ini sebenarnya menyoroti soal dampak dari konsumsi garam atau sodium berlebih terhadap kesehatan. Selain garam tabur, asupan garam atau sodium sebenarnya juga bisa didapatkan dari berbagai sumber lain, seperti makanan cepat saji dan makanan kaleng.

"Menambahkan garam dapur sebenarnya bukan sumber utama dari asupan sodium kita," ujar Amidor.

Meski begitu, menambahkan garam dapur pada masakan tetap perlu dilakukan secara bijak. Bila ingin mengonsumsi makanan kaleng, Amidor juga menganjurkan untuk memilih makanan kaleng tanpa tambahan garam atau rendah sodium.

"Penelitian juga mengungkapkan bahwa sodium (dari makanan kaleng) bisa dihilangkan hingga 40 persen dengan cara mencucinya di air," kata Amidor.

Cara lain untuk menurunkan konsumsi sodium adalah dengan menggunakan bumbu dapur yang rendah sodium. Misalnya, kaldu bubuk ayam rendah sodium atau kecap asin rendah sodium.

Kebiasaan makan di luar rumah juga membuka peluang yang lebih besar untuk mengonsumsi sodium secara berlebihan. Alasannya, sebagian besar makanan yang dijual memiliki kandungan sodium yang tinggi, setidaknya 75 persen dari kebutuhan sodium harian. Oleh karenanya, asupan garam atau sodium bisa ditekan dengan cara mengurangi frekuensi makan di luar rumah.

"Bijak dalam menggunakan garam dapur tentu merupakan metode yang bisa menurunkan konsumsi (sodium). Tapi ada lebih banyak sumber sodium lain yang tak boleh dilupakan ketika ingin mengubah kebiasaan mengonsumsi sodium," ujar Amidor.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement