REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof. Ari Kuncoro mengatakan melihat UI sebagai miniatur Indonesia, karena mahasiswa UI berasal dari berbagai daerah di Indonesia dengan ragam budaya masing-masing karena dengan membangun UI berarti membangun masa depan.
"Oleh karena itu, UI mengundang para narasumber untuk memberi gambaran kepada para mahasiswa baru terkait fakta empiris keberagaman Indonesia yang diikat dalam mozaik kerukunan dan moderasi beragama, serta strategi yang harus dijalankan generasi muda dalam persaingan geopolitik dan geostrategik global," kata Ar Kuncoro di kampus UI Depok, Sabtu.
Ia mengatakan UI adalah kampus yang inklusif, humanis, dan bermartabat yang lahir dari rahim pergerakan Indonesia yang berkomitmen tanpa syarat untuk menjaga persatuan dan kerukunan Indonesia. Karena itu, materi yang disampaikan para narasumber adalah bekal penting bagi mahasiswa baru UI angkatan 2022.
"Kami meyakini keberagaman latar belakang ras, suku, budaya, dan agama adalah ketetapan Tuhan yang harus kita syukuri. Perbedaan tersebut membuat kita saling belajar dan saling memahami dalam proses menemukan titik equilibrium satu sama lain," kata Prof. Ari.
Dalam konteks keragaman agama dan kepercayaan, strategi yang diterapkan oleh pemerintah untuk mewujudkan Indonesia rukun dan harmoni adalah dengan menggalakkan program moderasi beragama. Setiap agama memiliki kekhasan sebagai wilayah pelaksanaan doktrin ajarannya.
Namun, setiap agama memiliki nilai-nilai universal yang dapat digunakan untuk menjaga toleransi dan persatuan bangsa. Hal ini karena hakikat dari ajaran agama adalah bagaimana setiap penganutnya memiliki budi pekerti untuk dapat menghormati orang lain meskipun berbeda.
Sementara itu Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, dalam pidato yang diwakili oleh Staf Khusus Menteri Agama Bidang Hubungan Antar Lembaga, Kerukunan, dan Toleransi, Muhammad Nuruzzaman, bangsa ini tidak akan ada tanpa adanya praktik beragama yang moderat dari para founding father Indonesia.
Oleh karena itu, moderasi beragama menjadi kunci terciptanya kerukunan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun bangsa, bahkan di tingkat global. Di lingkungan kampus, budaya moderat perlu dibangun agar terwujud tradisi kampus yang egaliter, toleran, dan harmoni. Untuk mewujudkan hal ini, praktik beragama secara moderat harus dimulai sejak dalam pikiran.
Sedangkan Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto melihat kemajemukan sebagai kekuatan dan perbedaan sebagai keunggulan Indonesia. Menurut Andi, Indonesia yang berbeda-beda merupakan potensi besar karena dapat memunculkan variasi-variasi dalam inovasi.
Oleh karena itu, masyarakat harus membiasakan diri dengan perbedaan dan mengeksplorasinya sebagai sumber keunggulan Indonesia. Dalam hal ini, Generasi Y, Z, dan Alpha adalah yang bertugas menciptakan inovasi-inovasi guna menghadapi tantangan Geopolitik di masa depan.