REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Agung Wicaksono, Direktur Utama Laz Nasional LMI
“Di dalam Indonesia merdeka itulah kita memerdekakan rakyat kita dari kemiskinan, kebodohan, dan kesenjangan sosial!” Bung Karno.
Orasi Bung Karno tersebut ia sampaikan saat berpidato di hadapan Anggota Badan Penyidik Persiapan Kemerdekaan Indonesia, 1 Juni 1945, atau 2 bulan menjelang kemerdekaan Indonesia. Orasi itu berhasil menyihir peserta sidang dan dikemudian hari lahirlah konsepsi falsafah dasar negara yakni pancasila, yang dalam salah satu butirnya tentang keadilan sosial bagi semuanya.
Bukan tanpa alasan Bung Karno menekankan kata agar rakyat terbebas dari kemiskinan, kebodohan, dan kesenjangan sosial, sebab, ia melihat rakyatnya menderita selama kuang lebih 350 tahun. Rakyatnya dijajah, dibodohi, dijadikan budak untuk kepentingan bangsa lain. Orasi Bung Karno itu menjadi semacam klimaks untuk kemerdekaan Indonesia pada bulan Agustus 1945.
Kata-kata yang diucapkan Bung Karno tersebut sudah menuju 77 tahun. Kata-kata tersebut, sebagaimana usia manusia, sudah menuju senja di usia tua. Sang perancang katanya pun sudah wafat pada 21 Juni 1970. Meskipun begitu, melihat Indonesia hari ini, nyatanya kata-kata tersebut masih relevan untuk memberi motivasi agar kemerdekaan yang selalu diperingati setiap tahun, ada perubahan menuju perbaikan kondisi bangsa.
Kemiskinan menjadi pangkal dari kebodohan dan adanya kesenjangan antar masyarakat satu dengan lainnya. Jika ada satu penduduk miskin, kemungkinan besar akan menambah satu penduduk yang bodoh, dan satu penduduk yang berbeda dari penduduk lainnya. Bagaimana jika ada dua, tiga, dan ribuan dari masyarakat Indonesia, tentu semakin besar peluang-peluang untuk ketidakbaikkan lainnya.