REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – “Ternyata tingkat literasi yang tinggi berbanding lurus dengan tingkat kemajuan suatu bangsa. Karena itu, wujud dari bela negara di era kekinian sangat mungkin dimanifestasikan dengan menggerakkan masyarakat untuk gemar membaca.”
“Dalam fakta sejarah, para pendiri bangsa ini merupakan orang-orang yang literat, daya baca yang tinggi serta mempunyai kemampuan untuk menulis buku.”
Hal itu ditegaskan Emat Sulaemat dalam artikelnya yang berjudul “Membela Negara dengan Gemar Membaca”. Tulisan tersebut berhasil menjadi pemenang pertama lomba literasi yang diadakan oleh Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) Bogor dan diumumkan pemenangnya pada acara peringatan HUT RI yang ke-77 di SBBI, Rabu (17/8/22).
Dalam rangka menyambut HUT RI yang ke-77, BBI melaksanakan serangkaian kegiatan. Selain upacara peringatan HUT ke-77 RI yang digelar di lapangan SMA, SBBI juga mengadakan sejumlah perlombaan untuk murid dan guru dari jenjang KB-TK, SD, SMP dan SMA. Salah satu lomba tersebut adalah lomba menulis (literasi).
“Dalam rangka menyambut HUT kemerdekaan RI yang ke-77, SBBI menyelenggarakan lomba literasi bertema Bela Negara Masa Kini. Lomba ini diperuntukkan bagi seluruh Dewan Guru di lingkungan SBBI,” kata Kepala Divisi Kurikulum Bosowa School (induk SBBI) Lies Rachmawati dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (17/8/2022).
Ia menambahkan, lomba literasi itu bertujuan mendorong guru terbiasa menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan yang layak diterbitkan. Selain itu, juga menggali berbagai ide kreatif yang bisa diterapkan, khususnya di SBBI.
Para pemenang lomba literasi itu adalah Emat Sulaemat (juara ke-1), Rasni (juara ke-2) dan Yessy Meirliani (juara ke-3). “Secara kebetulan, ketiganya adalah guru SMP SBBI. Insya Allah karya para pemenang dan peserta lainnya akan diterbitkan dalam bentuk buku kompilasi,” ujarnya.
Lies menyebutkan, literasi merupakan salah satu pilar Bosowa School (induk SBBI). “Karena itu SBBI terus berupaya mendorong kegiatan literasi di kalangan siswa dan guru. Tujuannya agar para siswa dan guru SBBI senang membaca, menulis dan menyimak buku maupun sumber informasi lainnya,” ujarnya.
Beberapa tahun sebelum Covid-19 melanda Indonesia, SBBI punya program literasi untuk para guru. “Mereka ditugaskan membaca buku, membuat membuat resume, dan dipresentasikan di hadapan para guru lainnya. Target satu tahun minimal enam buku. Bacaan yang dianjurkan terutama berkait pendidikan, agama, dan hobi,” kata Lies.
Selama Covid-19, program literasi untuk guru itu diserahkan kepada unit masing-masing (KB-TK, SD, SMP dan SMA). “Dalam hal ini, kami memantau dan kegiatan itu masih terus berjalan sampai saat ini,” ujarnya.
Pada momentum peringatan HUT ke-17 RI tersebut, SBBI juga mengadakan pemilihan guru teladan (The Best Teacher) di masing-masing unit. Mekanismenya, kepala sekolah mengajukan masing-masing tiga nama. Dari 12 kandidat dipilih delapan finalis. Mereka diminta presentasi di hadapan pengurus SBBI dan Yayasan Bosowa Bina Insani (YBBI). “Hasilnya, yang terpilih menjadi The Best Teacher adalah Yeni Heryani (KB-TK), Andriyani Setiawati (SD), Rasni (SMP), dan Mig April (SMA),” papar Lies Rachmawati.