REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Jika seseorang berteriak, menjerit histeris atau tampak panik saat tidur, ia mungkin mengalami night terror. Meskipun jarang terjadi, night terror bisa dialami oleh anak-anak dan orang dewasa.
Night terror adalah jenis parasomnia, gangguan tidur yang menyebabkan perilaku abnormal atau tidak biasa seperti berhalusinasi, berteriak, bahkan menangis di tengah tidur. Night terror sering dipicu oleh stres, demam, atau kurang tidur.
Apa bedanya nightmare (mimpi buruk) dan night terror? Keduanya terjadi pada berbagai tahap siklus tidur. Yang pertama terjadi selama tidur gerakan mata cepat (REM) yang terjadi pada paruh kedua tidur, sementara night terror terjadi selama non-REM, terjadi pada paruh pertama tidur.
Night terror secara teknis bukanlah mimpi. Seseorang mungkin akan terbangun dari mimpi buruk, tetapi tetap tertidur selama episode night terror.
Asisten profesor kedokteran klinis di University of Southern California Keck School of Medicine, Rajkumar Dasgupta, mengatakan durasi night terror bisa bervariasi mulai dari 10 hingga 40 menit. Selama waktu itu, mereka mungkin mengalami gejala seperti berteriak, menendang, atau meronta-ronta di tempat tidur; mata terbuka lebar dengan ekspresi ketakutan yang intens; napas berat, berkeringat dan nadi berdebar kencang; susah bangun; bangun dari tempat tidur untuk berlari dan mungkin menunjukkan perilaku agresif saat ditahan.
Adapun penyebab night terror meliputi kurang tidur, penyalahgunaan alkohol, demam, sakit kepala migrain, gangguan stress pasca trauma (PTSD), kondisi medis yang memengaruhi tidur seperti sindrom kaki gelisah (RLS), cedera otak traumatis (TBI) seperti jatuh atau kecelakaan. Kondisi suasana hati seperti depresi, kecemasan dan gangguan bipolar juga bisa mengganggu tidur dan memicu night terror.
Night terror lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa dan terjadi sekitar 1-7 persen. Hanya 2 persen orang dewasa yang mungkin mengalami night terror.
Penyebab night terror pada balita atau anak-anak meliputi tidur yang buruk, terlalu banyak kafein, perubahan obat, ataupun tidur di lingkungan baru. Umumnya, seseorang bisa mengatasi night terror tanpa perawatan medis, namun jika itu terjadi secara berkala segeralah berkonsultasi dengan tenaga medis.
Sementara itu, berikut adalah beberapa cara mengobati night terror seperti dilansir Insider, Jumat (19/8/2022):
1. Hilangkan pemicu
Mengobati kondisi medis yang diyakini sebagai pemicu bisa menjadi cara untuk meminimalisasi kejadian night terror.
2. Mempraktikkan kebiasaan tidur yang baik
Tidur selama tujuh hingga sembilan jam setiap malam sangat penting. Ini juga bermanfaat untuk membangun rutinitas tidur yang konsisten dan santai, seperti menghindari penggunaan gawai atau makan besar sebelum tidur. "Meningkatkan kualitas tidur Anda tentu bisa membantu (menghindari night terror)," kata Dasgupta.
3. Menemui terapis
Night terror dapat disebabkan oleh stres dan gangguan suasana hati juga, jadi penting untuk mencari dukungan dari profesional kesehatan mental.
4. Amati kebiasaan night terror Anda
Anda juga bisa mencoba merekam diri sendiri untuk mengamati kebiasaan night terror. Jika Anda menemukan bahwa waktunya cukup konsisten, atur alarm untuk bangun sekitar 15 menit sebelum mengalami episode night terror, dan kemudian kembali tidur beberapa menit kemudian. Ini dapat membantu Anda menghindari kejadian night terror pada malam itu. Anda juga dapat meminta orang lain untuk membangunkan dari tidur.
5. Minum obat
Bagi sebagian orang, minum obat penenang atau benzodiazepin (seperti Valium atau Xanax) efektif melawan night terror. “Melatonin dapat membantu, tetapi lebih mungkin bagi dokter untuk mengatasi kebiasaan tidur dibandingkan merekomendasikan suplemen atau obat-obatan,” kata Dasgupta.