REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Doktor Ilmu Pertahanan, Hasto Kristiyanto, menggelorakan semangat agar para anak muda Indonesia menjadi jagoan tingkat dunia, tak mau jadi jago kandang yang hanya bisa mencela anak bangsa sendiri.
Semangat itu dikobarkan Hasto saat berbicara di hadapan ribuan mahasiswa dalam Kuliah Umum “Diskursus Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansi terhadap Pertahanan Negara" di kampus Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Jumat (26/8/2022) petang.
Hasto mengatakan, geopolitik Soekarno itu adalah force projection, bagaimana membangun kepemimpinan Indonesia dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk olahraga.
Hasto lalu memberi contoh kecil mengenai perwujudan itu, yakni ketika pasangan Greysia-Apriyani menjuarai Olimpiade cabang olahraga bulu tangkis mengalahkan pasangan asal China. Ganda China dikalahkan justru di tengah begitu kuatnya China di dunia, dan dominasi China di cabang bulutangkis itu sendiri. Dan, prestasi itu ditorehkan di panggung internasional, yakni di Jepang.
Semangat seperti itulah, kata Hasto, yang seharusnya jadi kebanggaan bagi orang muda Indonesia. Bukan sekadar berkutat di kandang sendiri, dengan mencela sesama anak bangsa. Jangan juga mencela pemimpin. Presiden Jokowi telah bekerja keras membangun Indonesia sehingga di perbatasan Malaysia pun kini kita semakin bangga menjadi orang Indonesia.
“Jadi geopolitik Soekarno itu kemampuan melakukan force projection, dalam penguasaan iptek, budaya, olahraga, hingga militer dan bagaimana kita justru berlomba membangun nama bangsa di dunia, bukan mencela bangsa sendiri. Yang mencela bangsa sendiri itu mari kita sebut jago kandang,” kata Hasto.
Hasto mengatakan semangat untuk berprestasi itu bisa dimulai dari lingkungannya masing-masing. Hasto menantang mahasiswa Untan berani menyelenggarakan Konferensi Mahasiswa Asia Afrika, sama seperti yang dilakukan mahasiswa Indonesia di sekitar tahun 1955an.
Contoh lainnya, untuk konteks Kalimantan Barat. Hasto mempertanyakan adakah ahli tentang hutan yang mempelajari seluruh kekayaan hutan Kalimantan melalui pendekatan ekologis. Penting juga ahli Sungai Kapuas sebab sungai adalah jalan peradaban. Riset dan inovasi itulah yang harus dipelopori Untan.
“Dengan meneliti Sungai Kapuas, jangan-jangan ada sesuatu di dalam hingga ujung Kapuas yang bisa berguna bagi kemaslahatan rakyat kita. Siapa ahli Kapuas di sini? Maka itu, kita harus kembangkan kampus berdasarkan geopolitik di sini. Hutan dan sungainya,” urai Hasto.
“Kalau kita mau meneliti apa yang kita punya dan kembangkan dalam skala industri dan ekonomi, kita akan sangat luar biasa. Masalahnya kita tak kenal dengan lingkungan kita, tak pernah meneliti lautan dan sungai kita,” tegasnya.
Hasto menilai anak muda dan mahasiswa Indonesia harus memperkuat ikrar diri bahwa ia adalah pemuda Indonesia yang menentukan masa depan Indonesia. Maka harus membangun imajinasi atas Indonesia, sama seperti Soekarno, Hatta, Moh. Yamin, dan pendiri bangsa lainnya. Para pemimpin bangsa itu berimajinasi tentang Indonesia merdeka justru di saat Belanda hadir sebagai salah satu kekuatan kolonialismr terkuat di dunia saat itu.
“Mari mahasiswa berimajinasi jadi pemimpin negara. Anda mau jadi presiden bisa, menteri bisa. Selama syaratnya terpenuhi, maka terjadilah itu. Dan jadikan Indonesia to be leader among nations,” kata Hasto.
Dilanjutkan Hasto, kampus jadi penentu dan infrastruktur kemajuan Indonesia Raya. Dan kepentingan nasional bisa kita capai kalau menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
“Politik pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa dan itu wajib, dan itu ada di tangan anda sekalian. Jangan berhenti riset, berhenti kuasai iptek. Mau jadi pemimpin tidak boleh bersantai, tiada hari tanpa belajar dan berorganisasi,” tukas Hasto.
Terlihat hadir mendengar paparan Hasto antara lain Anggota DPR Fraksi PDIP dari daerah pemilihan Kalimantan Barat Lasarus dan Maria Lestari. Juga hadir sejumlah kepala daerah yang diusung PDIP, anggota DPRD setempat, dan pengurus DPD PDIP Kalimantan Barat. Hadir hampir seribu orang mahasiswa dan sivitas akademika Untan sebagai peserta kuliah itu, dipimpin Rektor Prof.Dr. Garuda Wiko.