REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Masalah pengelolaan sampah, hingga saat ini masih menjadi masalah di Kota Bandung. Melihat kondisi ini, Fakultas Kedokteran Unisba dalam rangka Milad ke-18, menggelar kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat Kelurahan Tamansari yang mengusung tema mengenai sampah di Taman Film Kota Bandung, belum lama ini.
Kegiatan yang dihadiri oleh 40 perwakilan warga kelurahan Tamansari, dosen dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Unisba ini terselenggara atas kerjasama antara Fakultas Kedokteran Unisba, Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan dan Plastavfall solution.
Menurut Dekan Fakultas Kedokteran, Prof Dr Nanan Sekarwana dr., SpA(K) MARS, kegiatan ini bertujuan membantu terlaksananya program pemerintah dalam menangani masalah mengenai sampah.
Prof Nanan mengatakan, kegiatan dengan judul “Tamansari Bersama FK Unisba Menuju Zero Waste Melalui Pemanfaatan Sampah Organik Menjadi Mikroorganisme Lokal (Mol) & Ekoenzim” diharapkan menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai masalah sampah.
"Terutama sampah organik dan menjadi langkah terbentuknya komunitas Zero Waste khususnya di kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung," ujar Prof Nanan, dalam siaran persnya, Senin (26/9).
Lurah Tamansari Dadang Sobandi, mengatakan bahwa sampah masih menjadi masalah yang dihadapi oleh warga. Terutama mengenai pemanfaatan dari sampah organik. Karena untuk sampah anorganik di kelurahan Tamansari sudah ada beberapa bank sampah.
Lita Mulia, sebagai salah satu pembicara yang telah mempraktekkan gaya hidup minim sampah pada kegiatan tersebut mengatakan bahwa Zero Waste Lifestyle adalah sebuah gaya hidup untuk meminimalisasi produksi sampah yang dihasilkan dari masing-masing individu yang akan berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Hal ini dilakukan, dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan.
Komunitas Zero Waste sendiri, adalah komunitas yang ikut berperan dalam mengatasi masalah lingkungan. Karena, manusia sebagai khalifah dimuka bumi, mempunyai amanah dan bertanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan lingkungan.
Menurut Lita, Prioritas yang perlu dipelajari secara bertahap oleh rumah tangga dalam mencapai gaya hidup Zero Waste melalui 5R yaitu, Refuse (Menolak), Rot (membusukkan), Reduce (Mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (daur ulang).
"Salah satu yang perlu kita jadikan aturan sebagai seorang muslim adalah Fatwa MUI No 41 Tahun 2014 tentang Pengelolan Sampah untuk Mencegah Kerusakan Lingkungan," katanya.
Acara ini juga diisi oleh Plastavfall Solution sebuah wadah yang bergerak dan peduli terhadap isu lingkungan khususnya untuk menyelesaikan permasalahan sampah di Wilayah Bandung Raya sejak tahun 2016.
Menurutnya, berdasarkan data dari SISPN komposisi sampah paling banyak yaitu 31 persen pada tahun 2021 adalah sampah organik berupa sisa makanan. Sampah organik terbagi menjadi sampah coklat dan sampah hijau. Sampah coklat yaitu daun kering,ranting,jerami,sekam bakar,serbuk gergaji sedangkan sampah hijau terdiri dari potongan rumput, ampas kopi atau teh, potongan sayur,buah dan cangkang telur.
Kegiatan ini, kata dia, memberi pengetahuan dan mendampingi warga mengenai bagaimana mengolah sampah organik menjadi Mikro Organisme Lokal (MOL) atau dikenal dengan nama bioaktifator. Bioaktifator tersebut berguna dalam mengolah sampah organik dengan metode fermentasi menjadi kompos.
MOL dapat dibuat dengan mencampurkan sampah organik seperti sisa nasi/singkong/jagung dengan gula (gula pasir,gula aren,sirup basi, atau ampas kecap) dan air dalam wadah tertutup rapat selama 7-14 hari dan disimpan ditempat yang terhindar dari cahaya matahari. Pada kegiatan ini peserta melakukan praktik pengolahan sampah organik terutama sisa kulit jeruk,sereh atau lemon menjadi ekoenzim.
Ekoenzim dapat dimanfaatkan untuk membersihkan kaca, piring, mengepel lantai, mencuci buah, sayur dan dapat digunakan sebagai peptisida nabati. Pembuatan Ekoenzim dibuat dengan mencampurkan gula,sampah organik lunak dan air dengan komposisi 1:3:10,disimpan di dalam botol tertutup rapat yang disimpan di tempat yang terhindar dari cahaya matahari selama 3 bulan. Botol harus dibuka setiap 1 minggu sekali untuk mengeluarkan gas hasil fermentasi.
Setelah 3 bulan larutan Ekoenzim dapat digunakan dengan mengencerkannya dengan air setiap akan dipakai. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal terbentuknya komunitas Zero Waste khususnya di Kelurahan Tamansari yang akan menjadi contoh untuk warga kota Bandung lainnya.