REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Tesla dan miliader Elon Musk melakukan kunjungan mendadak ke markas twitter. Dalam kunjungan itu, dia terlihat membawa westafel. Kunjungan tersebut dilakukan menjelang tenggat waktu untuk menutup kesepakatan dengan Twitter.
Dalam unggahan Twitternya, dia memposting video yang menampilkan dirinya sedang berada di lobi perusahaan San Francisco sambil membawa westafel. “Memasuki kantor pusat Twitter,” cicit dia.
Musk juga mengubah profil Twitter-nya untuk menyebut dirinya sebagai "Chief Twit" dan lokasinya sebagai markas Twitter. Pengadilan telah memberi Musk waktu hingga Jumat untuk menutup kesepakatan akuisisi perusahaan. Penutupan kesepakatan akan mengakhiri drama yang berlangsung selama berbulan-bulan setelah miliarder itu setuju untuk membeli Twitter lalu mencoba mundur.
Terlepas dari masuknya Musk ke kantor pusat yang heboh, masih belum jelas apakah pembelian Twitter-nya telah selesai. Twitter mengonfirmasi kepada Associated Press bahwa cuitan video Musk itu benar terjadi tetapi tidak berkomentar lebih lanjut.
Pekan ini, Reuters melaporkan Musk telah memberi tahu investor yang terlibat dalam kesepakatan bahwa dia berencana untuk menyelesaikan pembelian pada batas waktu, yaitu Jumat. Salah satu hambatan terbesar Musk untuk menutup kesepakatan adalah mempertahankan pembiayaan yang dijanjikan sekitar enam bulan lalu.
Dilansir The Guardian, Kamis (27/10/2022), sekelompok bank, termasuk Morgan Stanley dan Bank of America, menandatangani awal tahun ini untuk meminjamkan 12,5 miliar dolar AS dari uang yang dibutuhkan Musk untuk membeli Twitter dan menjadikannya pribadi.
Sebelumnya, Musk berencana untuk memotong 75 persen staf Twitter jika dia mengambil alih perusahaan. Dalam sebuah laporan yang disusun oleh Greg Larkin dan Elizabeth Gafford oleh jaringan keanggotaan bisnis khusus undangan Punks and Pinstripes, sekitar 530 karyawan telah meninggalkan perusahaan dalam tiga bulan terakhir. Angka tersebut mencerminkan peningkatan 60 persen dalam jumlah pekerja yang meninggalkan perusahaan selama kuartal terakhir.
Hampir 30 persen dari mereka bekerja untuk Google atau Meta. Sementara yang lain telah bekerja di perusahaan lain seperti Pinterest, LinkedIn, dan TikTok. “Intinya adalah ketidakpastian yang dihasilkan oleh pertarungan antara Elon Musk dan Twitter mendorong banyak talenta top mereka ke platform media sosial lain. Orang-orang ini memiliki pilihan ke mana mereka bisa pergi dan akhirnya pergi,” kata Larkin.
Entering Twitter HQ – let that sink in! pic.twitter.com/D68z4K2wq7
— Elon Musk (@elonmusk) October 26, 2022