Sabtu 12 Nov 2022 03:27 WIB

Kendaraan Listrik, Jangan Cuma Pedas-Pedas Sambal

Infrastruktur pendukung kendaraan listrik harus disiapkan.

Prajurit TNI mengendarai mobil listrik yang akan digunakan oleh delegasi KTT G20 di Nusa Dua, Bali, Kamis (10/11/2022). Penggunaan mobil listrik sebagai kendaraan resmi dalam perhelatan KTT G20 merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam mengurangi emisi karbon.
Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Prajurit TNI mengendarai mobil listrik yang akan digunakan oleh delegasi KTT G20 di Nusa Dua, Bali, Kamis (10/11/2022). Penggunaan mobil listrik sebagai kendaraan resmi dalam perhelatan KTT G20 merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam mengurangi emisi karbon.

Oleh : Fuji Pratiwi, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 atau G-20 Summit jadi sarana Indonesia pamer transisi energi melalui kendaraan listrik. Kendaraan dengan sumber energi setrum itu juga jadi demam yang merambati banyak pelaku bisnis.

Khusus di KTT G-20, perusahaan-perusahaan pelat merah sudah barang tentu sibuk ikut arahan memakai atau menyediakan fasilitas berbasia energi bersih. Mulai dari Pelindo yang melayani pengiriman mobil listrik buat para delegasi.

PLN sudah sejak jauh-jauh hari menyiapkan SPKLU. Lalu, DAMRI yang memfasilitasi para hadirin modar-mondari pakai bus listrik. Dan masih banyak yang lain.

Saya melihat ini hal wajar. Wajar kalau Indonesia mau tampil necis di hadapan 19 kepala negara G-20 dan para tamu VVIP dengan menunjukkan perubahan ke arah energi ramah lingkungan. Indonesia juga sedang melakukan hilirisasi industri tambang menuju industri baterai listrik. Apalagi, bos perusahaan kendaraan listrik Tesla, Elon Musk, juga hadir di G-20. Perusahaan Musk jadi salah satu incaran buat membenamkan investasinya di Indonesia.

Hanya saja, penggunaan kendaraan listrik di KTT G-20 jangan seperti pedas-pedas sambal. Terasa wah saat hari-H, lalu musnah esok harinya.

Penasaran, kekaguman, bahkan minat beli masyarakat akan kendaraan listrik harus ditangkap baik. Infrastruktur pendukungnya harus disiapkan betul, sampai ke pinggiran kota. Sebab jangan sampai masyarakat didorong pakai kendaraan dan perkakas serba listrik, tapi sarananya tidak mendukung. Masyarakat digoda membeli kendaraan listrik, tapi tempat tukar dan isi baterai lebih jauh dari pom bensin dan kalah banyak dari pom bensin mini.

Masyarakat juga butuh kepastian insentif seperti pajak dan kenaikan daya listrik jika mereka komitmen beralih dari kendaraan peminum BBM ke kendaraan berbaterai isi ulang. Sebab tak bisa dinafikkan, kendaraan listrik selama ini identik dengan "mainan" orang kaya.

Begitupun kemudahan suku cadang dan servis. Saya sendiri belum pernah melihat bengkel khusus kendaraan listrik. Kalau fasilitas ini ada, para pemotor atau pengguna mobil bisa tenang karena tahu harus kemana saat kendaraannya butuh perawatan.

Maka, ajang pamer kendaraan listrik sementereng G-20, kita harap tidak jadi acara langitan yang masyarakat hanya bisa bilang "wah" atau "oh" saja melihat dari tv dan medsos, tapi benar-benar bisa merambat jadi kendaraan terjangkau buat masyarakat. Kalau pemerintah mendorong kita bertransisi ke energi bersih, kita tagih juga usaha pemerintah memfasilitasi rakyatnya

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement