Selasa 15 Nov 2022 15:44 WIB

Peneliti Lakukan Uji Klinis Risiko Miokarditis Vaksin Covid-19

Sejumlah penerima vaksin Covid-19 diketahui mengalami miokarditis.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Sejumlah penerima vaksin Covid-19 diketahui mengalami miokarditis.
Foto: www.pixabay.com
Sejumlah penerima vaksin Covid-19 diketahui mengalami miokarditis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus miokarditis sempat ditemukan pada sebagian kecil orang yang menerima vaksin Covid-19. Kini, pihak Pfizer-BioNTech dan Moderna sedang melakukan uji klinis untuk mengetahui potensi risiko miokarditis pada penerima vaksin.

Kasus-kasus miokarditis umumnya berkaitan dengan vaksin Covid-19 berbasis teknologi mRNA. Salah satu kasus ini dialami oleh pria asal Detroit, Amerika Serikat, Da'Vion Miller.

Baca Juga

Pada Oktober 2021, Miller menerima dosis pertama vaksin Covid-19 Pfizer. Sekitar dua hari setelah mendapatkan vaksin, Miller mulai mengalami nyeri dada.

Gejala nyeri dada tersebut diikuti dengan kelelahan, sesak napas, dan pening atau rasa seperti akan pingsan. Kondisi tersebut membuat Miller menyadari ada sesuatu yang tak beres pada tubuhnya.

Firasat Miller terbukti sekitar satu pekan setelah menerima vaksin. Kala itu, Miller harus dilarikan ke rumah sakit karena ditemukan tak sadarkan diri di kamar mandi.

Tim dokter dari Henry Ford West Bloomfield Hospital mendiagnosis Miller dengan miokarditis dan perikarditis. Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung, sedangkan perikarditis adalah peradangan pada lapisan luar jantung.

Berdasarkan temuan ini, tim dokter tak menganjurkan Miller untuk menerima vaksin Covid-19 Pfizer atau Moderna untuk dosis kedua. Mengetahui ini, Miller merasa cukup terkejut karena tak menyangka bahwa dirinya menjadi satu dari sedikit orang yang mengalami efek samping miokarditis.

Perlu diketahui bahwa kejadian miokarditis terkait vaksin Covid-19 sangat langka. Di Amerika Serikat misalnya, Centers for Disease Control and Prevention mengatakan hanya ditemukan sekitar 1.000 laporan miokarditis atau perikarditis terkait vaksin pada anak berusia di bawah 18 tahun dari ratusan juta dosis vaksin Covid-19 yang telah disalurkan.

Food and Drug Administration telah mewajibkan pihak pembuat vaksin melakukan beberapa studi untuk menilai potensi jangka panjang dari miokarditis. Beberapa studi yang sedang dilakukan akan memantau risiko miokarditis dalam kurun waktu lima tahun setelah vaksinasi.

Saat ini, Food and Drug Administration belum bisa memberikan komentar terkait studi Pfizer dan Moderna yang masih berlangsung. Akan tetapi, mereka menilai kemungkinan terjadinya miokarditis setelah vaksinasi sangat rendah.

Selain itu, otoritas kesehatan menyatakan bahwa masalah miokarditis terkait vaksinasi tidak memicu terjadinya kematian terkait masalah jantung. Tak ada bukti yang menunjukkan adanya peningkatan risiko kematian setelah pemberian vaksin berbasis teknologi mRNA.

"Faktanya, bukti dari studi-studi yang dilakukan dengan sangat baik, diulas rekan sejawat, dan telah dipublikasikan menunjukkan abhwa risiko kematian lebih tinggi pada individu yang tidak divaksinasi pada hampir semua kelompok usia," jelas otoritas tersebut, seperti dilasnir NBC News, Selasa (15/11/2022). 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement