REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Perusahaan media sosial (medsos) Twitter sudah tidak memberlakukan lagi kebijakan misinformasi tentang Covid-19. Hal itu diumumkan saat pemilik Twitter yakni Elon Musk, terus merombak ulang kebijakan moderasi konten di platform medsos tersebut.
“Efektif 23 November 2022, Twitter tidak lagi memberlakukan kebijakan informasi menyesatkan (terkait) Covid-19,” demikian bunyi pesan yang diunggah di laman web transparansi Twitter.
Sejak merebaknya pandemi Covid-19, Twitter telah melabeli cicitan yang keliru atau menyesatkan tentang penyakit tersebut. Konten yang dilarang termasuk pernyataan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi orang agar melanggar pedoman otoritas kesehatan dan penolakan fakta ilmiah.
Hingga September tahun ini, Twitter telah menangguhkan 11.230 akun berdasarkan kebijakan tersebut. Sejak mengambil alih Twitter bulan lalu, Elon Musk sudah memulihkan sekitar 62 ribu akun yang sebelumnya diblokir atau ditangguhkan. Musk menyebut tindakannya itu sebagai “Big Bang”.
Musk pun sudah melakukan perombakan struktural pegawai. Dia memecat sekitar separuh dari staf di Twitter. Pegawai yang ditugaskan memerangi disinformasi di platform Twitter tak luput dari pemecatan. Mantan kepala kepercayaan dan keamanan di Twitter, Yoel Ruth, mengaku tidak mengetahui berapa banyak staf tersisa di perusahaan itu yang bertugas untuk memoderasi konten. Roth mundur dari Twitter ketika Musk mengakuisisi platform berlambang burung tersebut.
“Saya tidak bisa memberi tahu Anda (sisa jumlah pegawai untuk moderasi konten), karena direktori perusahaan kami telah dimatikan sejak akuisisi dan hampir tidak mungkin untuk mengetahui secara pasti siapa yang masih tersisa di Twitter,” kata Roth saat berbicara di konferensi Knight Foundation, Selasa (29/11/2022) lalu.
Elon Musk memiliki kepercayaan bahwa semua konten yang diizinkan undang-undang harus diberi ruang di Twitter. Pada Senin (28/11/2022) lalu, dia telah menggambarkan tindakannya sebagai “revolusi melawan sensor daring di Amerika”.
Baru-baru ini, Musk mengumumkan bahwa tingkat keterlibatan di Twitter mencapai rekor baru. Kendati demikian, dalam beberapa pekan terakhir, separuh dari 100 pengiklan teratas Twitter telah menyatakan bahwa mereka menangguhkan dan bahkan menghentikan iklannya di platform tersebut.