REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih Luis Enrique tidak senang karena Spanyol dibungkam oleh Jepang pada matchday ketiga Grup E Piala Dunia 2022, Jumat (2/12/2022) dini hari WIB, dengan skor 2-1. Kemenangan itu menjadikan Jepang sebagai juara grup untuk maju ke babak 16 besar, ditemani oleh Spanyol sebagai runner-up, sementara Jerman di peringkat ketiga.
Pelatih berusia 52 tahun itu menolak anggapan bahwa pemilihan timnya atau taktiknya salah. "Saya tidak melewatkan apa pun, karena kami mencoba semuanya. Kami memiliki striker yang bermain di tengah lapangan, kami mencoba menciptakan peluang. Mereka bertahan dengan agresif, mereka menutup ruang," kata Enrique dikutip Reuters.
"Dan tentu saja dengan aspek-aspek itu, Anda akan berada dalam bahaya, inilah yang terjadi dalam sepak bola, dan bagaimana Anda bisa mengatasi keruntuhan yang kami derita ini?" tanyanya dengan nada tidak percaya.
Mungkin ada hikmahnya bagi Spanyol bahwa mereka akan bertemu Maroko di babak berikutnya berikutnya, daripada finalis Piala Dunia 2018 Kroasia. Namun itu tampaknya tak begitu menghibur sang arsitek karena para pemainnya kebobolan dua kali pada awal babak kedua.
"Saya tidak senang sama sekali. Ya, kami lolos, tapi saya ingin memenangkan pertandingan ini. Ini tidak mungkin karena dalam lima menit, Jepang mencetak dua gol, kami keluar, kami dibongkar," kata Enrique.
Dengan keempat tim masih bersaing, persaingan grup mencapai klimaks yang liar saat Spanyol memimpin dan mendominasi, tapi Jepang bangkit kembali untuk memastikan kemenangan 2-1. Sementara Jerman dan Kosta Rika tidak cukup untuk menyalip salah satu dari mereka.
Kosta Rika sebenarnya sempat membuat Spanyol turun ke posisi ketiga saat berbalik mengungguli Jerman 2-1 pada babak kedua. Namun Die Mannschaft bisa kembali menguasai keadaan dan menutup laga dengan kemenangan 4-1. Walau demikian, hasil ini tak cukup mengantarkan Kai Havertz dkk ke 16 besar.
Luis Enrique mengatakan bahwa dia tidak menyadari bahwa Spanyol akan tersingkir dari turnamen ketika Kosta Rika sempat mengungguli Jerman. "Jika saya tahu, saya akan mengalami serangan jantung," katanya.