REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China meningkatkan upayanya untuk membangun stasiun pangkalan di bulan. Pada Desember tahun lalu, South China Morning Post (SCMP) mengabarkan bahwa otoritas yang bertanggung jawab atas program luar angkasa China telah menaikkan batas waktu tentatif untuk stasiun bulan selama tujuh tahun. Target barunya sekitar 2027.
Sekarang, laporan menunjukkan bahwa negara itu bertujuan untuk membangun stasiun pangkalan di Bulan pada 2028. Bahkan, menurut The Eurasian Times, stasiun pangkalan itu kemungkinan akan ditenagai oleh energi nuklir.
Dilansir dari Slashgear, Senin (5/12/2022), membangun stasiun pangkalan di bulan terdengar ambisius. Namun, mengoperasikannya dengan sistem pembangkit energi nuklir yang dikendalikan dari jarak jauh adalah sesuatu yang sangat aspiratif dan hanya ada di dunia fiksi ilmiah. Menurut laporan SCMP baru-baru ini, sistem tenaga nuklir dirancang untuk mampu menghasilkan tenaga listrik 1 megawatt.
Dua ilmuwan yang mengerjakan proyek tersebut mengatakan kepada agensi bahwa desain untuk versi prototipe mesin telah dibuat dan beberapa bagian bahkan telah dibuat.
Sebagai perbandingan, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), bekerja sama dengan Departemen Energi, telah memberikan kontrak untuk tiga konsep desain untuk membangun reaktor nuklir gaya fisi yang dapat menghasilkan energi 40 kilowatt (sekitar empat persen dari output yang direncanakan China) dan dapat bertahan setidaknya selama 10 tahun dalam kondisi bulan.
Mempersiapkan misi berawak dalam dekade berikutnya
Reaktor nuklir yang sedang dikembangkan oleh para ilmuwan China memiliki desain lipat seperti payung untuk menghilangkan kelebihan energi panas ke ruang sekitarnya. Lithium cair akan digunakan sebagai pendingin, menurut The Eurasian Times. Namun, skema desain fungsional untuk sistem pembangkit tenaga nuklir di stasiun bulan China belum selesai.
Dibandingkan dengan sumber konvensional seperti energi kimia dan sel surya, energi nuklir dianggap sebagai sumber energi yang paling layak untuk mempertahankan sistem pendukung kehidupan. China tidak berhenti membangun stasiun bulan tanpa awak, karena itu akan berfungsi sebagai fondasi untuk menempatkan astronaut China di bulan.
“(Kami) berharap astronaut kami dapat pergi ke bulan dalam 10 tahun,” kata Wu Weiran, kepala perancang program eksplorasi bulan China.
Di sisi lain, NASA berencana mengirim kru ke Bulan dengan misi bulan Artemis II, yang saat ini memiliki jadwal peluncuran tentatif pada 2024.