Senin 13 Feb 2023 15:52 WIB

Botol Plastik Kemasan Jangan Dipakai Lagi, Peneliti Ungkap Risikonya Bagi Kesehatan

Sejauh mana partikel mikroplastik dalam air kemasan mengancam kesehatan?

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Air botol kemasan (ilustrasi). Peneliti menyatakan, orang yang minum dari botol plastik disebut dapat menelan dosis mikroplastik yang tidak sehat alias partikel plastik kecil berukuran kurang dari lima milimeter.
Foto: www.pixabay.com
Air botol kemasan (ilustrasi). Peneliti menyatakan, orang yang minum dari botol plastik disebut dapat menelan dosis mikroplastik yang tidak sehat alias partikel plastik kecil berukuran kurang dari lima milimeter.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membeli minuman dalam botol air plastik banyak dilakukan masyarakat saat ini. Namun peneliti menyatakan, orang yang minum dari botol plastik disebut dapat menelan dosis mikroplastik yang tidak sehat alias partikel plastik kecil berukuran kurang dari lima milimeter.

Seberapa besar bahayanya bagi tubuh? Partikel-partikel tersebut tidak terurai dengan mudah dan akan menumpuk seiring waktu di tubuh, menurut sebuah proses yang disebut bioakumulasi.

Baca Juga

Meskipun belum ada bukti yang jelas antara mikroplastik dan penyakit serius, para peneliti semakin mengkhawatirkan efek jangka panjangnya. Dilansir laman Hindustan Times, Rabu (8/2/2023), kekhawatiran ini dikarenakan bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan plastik, beberapa di antaranya telah dikaitkan dengan penyakit serius. Kehadiran mikroplastik dalam feses manusia menunjukkan bahwa manusia terpapar mikroplastik dalam kehidupan sehari-hari.

Artinya, mikroplastik telah masuk ke dalam rantai makanan dan menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan pangan. Itu juga hadir dalam air kemasan secara global.

Studi yang memeriksa mikroplastik dalam air kemasan telah melaporkan sebagian besar ukuran partikel kurang dari satu milimeter yang dilepaskan dari badan botol, leher botol, dan tutupnya. Warna partikel yang berasal dari bahan botol itu sendiri transparan sedangkan yang berasal dari tutupnya berwarna biru atau hijau.

Polimer plastik yang terdeteksi paling tinggi adalah polyethylene terephthalate (PET) yang digunakan untuk pembuatan bahan botol dan tutup. Studi juga memberikan bukti bahwa mikroplastik dalam air kemasan disebabkan oleh berbagai faktor seperti tekanan fisik selama pengangkutan, guncangan botol, dan injeksi air bertekanan tinggi ke dalam botol di pabrik produksi.

Selain itu, dampak termal selama penyimpanan juga dinilai memperburuk proses fragmentasi. Botol air PET yang dapat digunakan kembali memiliki partikel mikroplastik yang lebih tinggi dibandingkan botol PET sekali pakai.

Sering membuka dan menutup botol juga menyebabkan lebih banyak partikel yang terbentuk akibat gesekan. Pertanyaan kritisnya masih belum terjawab: sejauh mana partikel mikroplastik yang ditemukan dalam air kemasan mengancam kesehatan manusia?

Para peneliti telah mengembangkan sejumlah hipotesis tentang bahaya fisik dan kimia. Tidak ada penelitian yang dipublikasikan secara langsung dalam mempelajari dampak partikel plastik pada manusia.

Satu-satunya penelitian yang ada bergantung pada tes laboratorium yang memaparkan sel atau jaringan manusia ke mikroplastik atau yang menggunakan hewan pengerat. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hanya mikroplastik dengan ukuran partikel lebih kecil dari 1,5 mikrometer yang dapat dicerna atau diserap karena kelarutannya dan dikeluarkan secara langsung.

Partikel mikroplastik yang tertelan kurang dari 1,5 mikrometer dari air kemasan mampu bermigrasi melalui dinding usus dan mencapai berbagai jaringan tubuh, termasuk usus, hati, dan kelenjar getah bening. Partikel kecil yang memasuki sel atau jaringan dapat mengiritasi hanya dengan menjadi kehadiran asing yang menyebabkan peradangan jaringan paru-paru yang dapat menyebabkan kanker.

Akumulasi partikel-partikel ini dalam jaringan manusia telah dikaitkan dengan toksisitas kimia. Senyawa seperti peliat, penstabil, dan pigmen yang digunakan dalam produksi dapat dilepaskan oleh mikroplastik dan berjalan melalui tubuh dalam aliran darah.

Bahan kimia ini telah dikaitkan dengan masalah kesehatan seperti peradangan, genotoksisitas, stres oksidatif, dan kerusakan pada saluran pencernaan. Bahan kimia yang dilepaskan dari bahan kemasan air kemasan sekarang dikenal sebagai polutan yang muncul dan bahan kimia pengganggu endokrin (EDC) yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius termasuk kanker dan cacat perkembangan.

Efek jangka panjang dari paparan mikroplastik pada kesehatan manusia belum sepenuhnya dipahami, dengan penelitian yang masih berlangsung. Tapi jelas itu adalah potensi bahaya.

Untuk membatasi paparannya, bisa menerapkan langkah-langkah sebagai berikut:

- Jika Anda menggunakan air kemasan sebagai sumber air minum utama, maka harus berusaha meminimalkan gerakan botol saat membuka maupun menutupnya.

- Tidak disarankan untuk menggunakan kembali botol air plastik. Penggunaan kembali meningkatkan laju abrasi permukaan bagian dalam, melepaskan partikel mikroplastik tambahan dari permukaan bagian dalam botol.

- Penting untuk menyimpan botol di tempat yang sejuk dan kering untuk meminimalisasi paparan panas dan sinar matahari. Sinar matahari dapat mempercepat degradasi botol, menjadi lebih rentan melakukan pelepasan partikel mikroplastik. Selain itu, suhu panas menyebabkan botol PET ini melepaskan polutan kimia seperti plasticizer yang dapat mencemari air. Bahan kimia tersebut, seperti phthalates dan bisphenol A (BPA) berbahaya bagi kesehatan manusia jika dikonsumsi dalam jumlah banyak.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement