Selasa 03 Oct 2023 08:58 WIB

Utak-Atik Manuver Kaesang

Bisa jadi sikap Kaesang adalah simbolisasi sikap Jokowi.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep ketika menghadiri perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-76 Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan di Sopo Del Tower, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (28/9) malam.
Foto: Dok Tim Media Prabowo
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep ketika menghadiri perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-76 Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan di Sopo Del Tower, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (28/9) malam.

Oleh : Mas Alamil Huda, Redaktur Polhukam Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Apa pun dalih argumentasinya, sulit untuk meyakini jika masuknya Kaesang Pangarep di panggung politik nasional bersih dari campur tangan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jika tidak dalam kapasitas sebagai presiden, setidaknya selaku seorang bapak yang sedang menjabat sebagai kepala Negara, tentu ada cawe-cawe meski tak banyak.

Sebab, menjadi ketua umum sebuah partai politik tentu bukan barang sederhana. Apalagi, partai itu telah sah secara administratif untuk mengikuti pemilu seperti Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Jangan lupa pula, proses Kaesang menjadi ketua umum sangat cepat dan tanpa konflik. Bahkan, semua kader pun bulat sepakat menyetujui Kaesang sebagai ketua umum. Itu tentu bukan tanpa pengondisian sebelumnya.

Tampilnya Kaesang di dunia politik ini melengkapi kakak kandung dan kakak iparnya, yang terlebih dahulu menjadi politisi. Gibran Rakabuming Raka telah menjadi wali kota Solo. Sedangkan kakak iparnya, Bobby Nasution juga sudah duduk di kursi wali kota Medan.

Suara kritis pun muncul. Meme-meme dengan narasi nepotisme kemudian beredar. Tapi ini di-counter dengan nyaman, bahwa Gibran dan Bobby terpilih secara demokratis. Dipilih langsung oleh rakyat. Memperdebatkan dua narasi kritis dan defensif itu pasti akan panjang. Seperti menyoal telur dan ayam, siapa duluan. Tapi, bukan berarti tak perlu didiskusikan dalam perspektif keilmuan.

Dalam konteks hari ini, didapuknya Kaesang sebagai ketua umum PSI tentu mengubah konstelasi. Kaesang pun mengakui, cepatnya proses sampai menjadi ketua umum tak lepas dari privilese yang ia punya sebagai anak presiden. Maka pertanyaan krusialnya adalah, apa yang diinginkan Jokowi dengan menempatkan Kaesang sebagai ketum PSI? Ke mana Kaesang akan diarahkan? Dan, apa yang sedang ingin ‘dimainkan’?

Yang menarik, safari politik pertama Kaesang setelah menjadi ketum PSI ternyata ke markas Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP). Mengapa putra bungsu Presiden Jokowi itu tak mengunjungi partai politik terlebih dulu? Alasan Kaesang unik. Ia punya perspektif bahwa kemenangan Jokowi dua kali dalam kontestasi pilpres adalah peran besar relawan.

Pernyataan ini tentu menggelitik. Kondisi politik saat ini dianggapnya telah berbeda dari masa lampau. Menurut dia, partai politik justru efektif jika digerakkan oleh para relawan. Latar belakang argumen Kaesang ini memang tak diungkapkan gamblang. Namun, sebagai pemimpin partai politik, Kaesang mengesankan justru lebih percaya relawan dibandingkan partai politik itu sendiri, dalam konteks mesin pemenangan.

Belakangan, Kaesang memang bilang sedang merencanakan pertemuan dengan para ketua umum partai untuk menjalin komunikasi, termasuk dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Tapi fakta bahwa Kaesang lebih memilih berkunjung ke relawan untuk kali pertama setelah dipilih sebagai ketum PSI, telah tercatat dan terekam dalam jejak digital. Mengapa Bara JP yang dipilih? Relawan ini dianggap ‘tua’ atau menjadi kelompok relawan pertama yang mendeklarasikan mendukung Joko Widodo.

Pada aspek lain, ada yang juga menarik untuk dicermati. Sejak PSI mengunggah video sosok ‘mawar’ hingga Kaesang resmi ditunjuk sebagai ketum PSI, PDIP tak sekalipun menunjukkan sikap ofensif. Yang terjadi justru sebaliknya, mengapresiasi Kaesang sebagai anak muda yang berani tampil dalam kancah politik nasional. Agak janggal, tapi itulah faktanya.

Sebab, tak sedikit pengamat politik dari berbagai universitas ataupun peneliti di lembaga survei yang memprediksi, duduknya Kaesang di kursi PSI 1 berpotensi menggerus suara PDIP. Tapi Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menolak analisis itu. Sebaliknya, ia yakin Kaesang justru memperkuat PDIP. Saya juga tidak paham bagaimana rasionalisasinya dalam konteks elektoral.

Tetapi, apakah itu berarti PDIP mencoba merebut dukungan Kaesang? Pasti. Meski saya meyakini itu bukan ujungnya. Karena yang sedang dicoba untuk direbut adalah pengaruh Jokowi. Suka atau tidak, kepuasan masyarakat terhadap Presiden Jokowi masih tinggi di ujung pemerintahannya ini. Itulah yang terpotret di berbagai lembaga survei.

Artinya, Kaesang bisa jadi sekadar sebuah simbol. Langkahnya dibaca sebagai representasi sikap Presiden Jokowi. Itulah mengapa bakal capres Prabowo Subianto juga enggan tertinggal dan mulai merayu Kaesang. Juragan Sang Pisang itu diajak berkunjung ke Hambalang, Bogor, markas besar Prabowo. “Kapan ke Hambalang?” tanya Prabowo. “Siap, Pak,” jawab Kaesang singkat. Itulah keterangan pers resmi Prabowo yang dikirim ke wartawan.

Lantas, apa tugas khusus untuk Kaesang? Barangkali tidak ada yang khusus. Tapi sangat mungkin setiap langkah Kaesang ke depan tak ada yang tanpa restu Presiden Jokowi. Maka itu, Kaesang sebagai simbol sikap Jokowi kini bak kembang desa yang masih diperebutkan, baik oleh kubu Ganjar Pranowo maupun Prabowo Subianto.

Tetapi, sekali lagi, kunjungan politik pertama Kaesang setelah menjadi ketua umum PSI adalah ke relawan. Secara terbuka bahkan dia berani menyatakan, kunci kemenangan dalam kontestasi politik zaman ini adalah relawan. Maka itu, akan sangat menarik melihat langkah Kaesang ke depan untuk mulai mengonsolidasi relawan Jokowi.

Pada sisi lain, simpul-simpul relawan Jokowi saat ini belum satu suara, atau setidaknya belum secara resmi menyatakan sikap final ke mana dukungan diberikan. Atau, justru kubu Ganjar dan Prabowo yang tak akan pernah mendapat balasan dari rayuan yang telah mereka layangkan. Karena, memang bukan itu ‘tugas’ Kaesang?

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement