Senin 25 Dec 2023 12:10 WIB

Perubahan Iklim Ubah Pariwisata Eropa Jadi Mimpi Buruk

Industri pariwisata Eropa harus segera beradaptasi dengan perubahan iklim.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Deretan rumah tradisional di pinggir kali di Bruges, Belgia.
Foto: AP / Virginia Mayo
Deretan rumah tradisional di pinggir kali di Bruges, Belgia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Liburan musim panas yang indah berubah menjadi mimpi buruk setelah ribuan orang dievakuasi dari pulau-pulau Yunani yang dilanda kebakaran hutan. Ini seakan menjadi pengingat baru bahwa industri pariwisata Eropa harus menghadapi kenyataan perubahan iklim dan beradaptasi dengan cepat.

Musim panas semakin memanas di Eropa selatan, dan kebakaran di Yunani merupakan pengulangan yang suram dari kebakaran mematikan yang melanda negara tersebut pada 2021. Panas yang tak tertahankan tahun ini telah memaksa pihak berwenang untuk menutup Acropolis dan membuat para turis di pulau Sardinia, Italia, masuk ke dalam ruangan. Dan itu hanya dengan pemanasan global sebesar 1,2 derajat Celcius dari tingkat pra-industri. Para ilmuwan memprediksi kondisi ini akan semakin memburuk, bahkan jika dunia bisa menahan kenaikan suhu sesuai dengan target Perjanjian Paris sebesar 2 derajat Celcius.

Baca Juga

Perubahan iklim akan membuat cuaca yang ramah bagi turis di beberapa tempat menjadi tidak terkendali. Sebuah studi tahun 2019 memperkirakan bahwa iklim Madrid pada tahun 2050 akan menyerupai kota Marrakech di Afrika Utara; London akan lebih mirip Barcelona, dan Stockholm seperti Budapest. Hal ini akan menjadi pergeseran tektonik bagi industri travel dan pariwisata Eropa, yang menyumbang 2,1 triliun dolar AS bagi perekonomian regional tahun lalu, sekaligus memeta-ulang pola pariwisata dengan cara yang mungkin akan memberi pukulan bagi beberapa negara di Eropa selatan.

“Industri ini mungkin belum sepenuhnya memperhitungkan hal tersebut. Masih ada sebagian besar industri yang baru menyadarinya. Saya rasa mereka belum benar-benar siap,” ujar Catharina Martinez-Pardo, seorang mitra di Boston Consulting Group yang berspesialisasi dalam bidang iklim dan keberlanjutan di bidang perhotelan.

Sekitar 19 ribu orang harus dievakuasi pada akhir pekan lalu dari pulau Rhodes, Yunani, karena kebakaran hutan terus berkobar dan penerbangan pun dibatalkan. Selama beberapa hari terakhir, para pengunjung pantai telah menyaksikan pesawat-pesawat pemadam kebakaran melakukan pendaratan di air untuk mengambil pasokan - sebuah latar belakang yang menakutkan bagi mereka yang sedang berenang atau melakukan olahraga air.

Di tempat lain, wisatawan yang diungsikan di fasilitas olahraga, pusat konferensi, hotel, dan gedung-gedung publik harus di-supply makanan dan air. Kementerian perlindungan sipil Yunani, juga telah menyiapkan area khusus yang dilengkapi kasur lipat untuk keluarga yang membawa anak-anak dan mereka yang berkebutuhan khusus.

Tom Jenkins, kepala eksekutif Asosiasi Pariwisata Eropa, mengatakan bahwa industri pariwisata di kawasan Eropa tidak mungkin membuat keputusan komersial jangka panjang berdasarkan kejadian-kejadian yang terjadi pada musim panas ini. "Apakah industri ini harus berubah sebelum perilaku pelanggan? Saya rasa akan sangat aneh jika mereka melakukannya,” kata Jenkins seperti dilansir Seattles Times, Senin (25/12/2023).

Perusahaan travel dari Jerman TUI dan maskapai penerbangan EasyJet juga tak melihat reaksi yang signifikan dari industri pariwisata terhadap cuaca panas yang ekstrem. Padahal, suhu panas sudah berdampak pada para pelancong di tempat lain. Di Amerika Serikat misalnya, pekan lalu para penumpang dibiarkan duduk di dalam pesawat Delta selama berjam-jam dalam cuaca panas yang terik ketika mereka menunggu untuk lepas landas dari Las Vegas ke Atlanta.

Meskipun sektor pariwisata Eropa diperkirakan akan tumbuh pada tingkat rata-rata tahunan sebesar 3,3 persen hingga tahun 2032, frekuensi kejadian ekstrem di Eropa selatan dapat mendorong wisatawan ke destinasi di bagian utara benua tersebut.

“Gelombang panas dapat mengurangi daya tarik Eropa selatan sebagai tujuan wisata dalam jangka panjang atau paling tidak mengurangi permintaan di musim panas," kata Moody's Investors Service.

Beberapa peneliti telah membuat model skenario ekstrim untuk mengukur dampaknya terhadap berbagai sisi ekonomi. Jika dunia yang mencapai suhu 4 derajat Celcius, bersamaan dengan kerusakan ekologi akan terjadi penurunan tajam lebih dari 9 persen pada pariwisata ke pulau-pulau Ionia Yunani, menurut laporan Komisi Eropa yang diterbitkan tahun ini. Skenario yang sama akan melihat peningkatan pariwisata sekitar 16 persen ke Wales bagian barat.

Pergeseran tersebut akan menjadi 'pukulan' bagi negara-negara yang sangat bergantung pada wisatawan untuk pertumbuhan ekonomi. Industri pariwisata menyumbang 14,9 persen terhadap produk domestik bruto Yunani pada tahun 2021, sementara Italia dan Spanyol masing-masing menyumbang 9,1 persen dan 8,5 persen.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement