Senin 24 Jun 2024 07:15 WIB

Perempuan Lebih Rentan Terdampak Krisis Iklim

Selama masa kekeringan, perempuan di pedesaan bekerja lebih keras.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Dua orang perempuan yang tergabung dalam aksi jeda untuk iklim menunjukkan aspirasi pada tangannya saat aksi di JPO kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Ahad (23/2/2020).
Foto: ANTARA FOTO
Dua orang perempuan yang tergabung dalam aksi jeda untuk iklim menunjukkan aspirasi pada tangannya saat aksi di JPO kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Ahad (23/2/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam 20 tahun terakhir, jumlah bencana alam terkait perubahan iklim meningkat hampir dua kali lipat menurut data dari United Nations Office for Disaster Risk Reduction pada 2022. Laporan dari UN Environment Programme tahun 2022 juga mencatat, tanpa aksi dan intervensi yang tegas, temperatur suhu bumi diperkirakan meningkat mencapai tiga derajat Celcius yang dapat mengakibatkan bumi menjadi tempat tidak layak huni.

Situasi perubahan iklim berdampak tidak proporsional bagi perempuan dan anak perempuan. Perubahan iklim juga berisiko memundurkan pencapaian kesetaraan gender.

Baca Juga

“Berbagai strategi perlu dilakukan untuk meningkatkan ketahanan perempuan terhadap dampak perubahan iklim baik dalam aksi-aksi mitigasi maupun adaptasi," kata Asisten Deputi Pengarusutamaan Gender Bidang Sosial Budaya, Eko Novi Ariyanti dalam diskusi  “EmpowerHER: Women Leading the Triple E Green Revolution” yang digelar PBB Perempuan dan Green Welfare Indonesia, akhir pekan lalu.

Kegiatan ini untuk mengadvokasi pentingnya kesetaraan gender dalam upaya mengatasi perubahan iklim. Acara ini juga menekankan pentingnya kepemimpinan dan partisipasi bermakna perempuan dalam pengambilan keputusan terkait perubahan iklim, serta peran orang muda dalam edukasi dan aksi iklim.