Selasa 09 Jul 2024 17:00 WIB

OceanX Nilai Indonesia Butuh Sensor Bawah Laut untuk Mitigasi Tsunami dan Gempa Bumi

Indonesia disebut mengalami gempa bumi lebih dari 30 kali sehari.

Sejumlah relawan, TNI, dan Polri bergotong royong membersihkan sisa reruntuhan salah satu ruangan yang terdampak gempa bumi di SD Negeri Kalisalak, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Senin (8/7/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
Sejumlah relawan, TNI, dan Polri bergotong royong membersihkan sisa reruntuhan salah satu ruangan yang terdampak gempa bumi di SD Negeri Kalisalak, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Senin (8/7/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Co-CEO and Chief Science Officer OceanX Vincent Pieribone menilai Indonesia perlu memasang sensor bawah laut. Sensor ini penting untuk memitigasi bencana alam, seperti tsunami maupun gempa bumi.

"Saya rasa Indonesia berkepentingan untuk mendukung sebanyak mungkin penempatan sensor bawah laut, mengingat Indonesia merupakan wilayah yang sangat aktif," ucap Vincent ketika ditemui di Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (9/7/2024).

Adapun wilayah aktif yang dimaksud oleh Vincent berkaitan dengan tingginya frekuensi gempa bumi yang terjadi di Indonesia. Vincent mengatakan bahwa Indonesia merupakan wilayah dengan gempa bumi paling banyak yang pernah ia kunjungi.

"Indonesia adalah kawasan yang paling aktif yang pernah saya kunjungi seumur hidup saya," ujar Vincent.

Ia memaparkan bahwa Indonesia mengalami gempa bumi lebih dari 30 kali sehari. Jumlah tersebut, kata dia, menunjukkan bahwa Indonesia memiliki garis patahan aktif.

Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya Indonesia memitigasi dampak dari bencana alam, seperti gempa bumi dan tsunami, melalui pemasangan sensor bawah laut. "Situasi ini sangatlah genting dan membutuhkan perhatian khusus," kata Vincent.

Menurut Vincent, peletakan sensor tersebut tidak hanya berlokasi di dasar laut atau perairan dalam. Perairan dangkal, menurut dia, juga memerlukan sensor.

Tujuannya, lanjut Vincent, tidak lain adalah untuk memberi peringatan kepada publik apabila terjadi pergerakan. "Nantinya, sensor-sensor itu akan memberi peringatan kepada masyarakat," kata dia.

Akan tetapi, Vincent tak dapat menghitung maupun memperkirakan berapa jumlah sensor bawah laut yang Indonesia butuhkan. Yang jelas, kata dia, Indonesia membutuhkan sensor bawah laut yang lebih banyak apabila dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Jepang. "Karena wilayah di Indonesia sangat-sangat aktif, angkanya fluktuatif," ucapnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa ekspedisi laut bersama OceanX mempelajari potensi gempa bumi dan tsunami demi keselamatan umat manusia.

"Yang paling penting adalah kesempatan mempelajari potensi gempa bumi dan tsunami demi keselamatan manusia," kata Luhut.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement