Rabu 27 Aug 2025 15:24 WIB

RI Siapkan Strategi Perdagangan Karbon di COP30 Brasil

Norwegia, Korea, dan Jepang sudah tunjukkan minat kerja sama iklim.

Pemerintah akan menggali potensi perdagangan karbon pada Konferensi Perubahan Iklim ke-30 (COP30) di Brasil. (ilustrasi)
Foto: COP30
Pemerintah akan menggali potensi perdagangan karbon pada Konferensi Perubahan Iklim ke-30 (COP30) di Brasil. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah akan menggali potensi perdagangan karbon pada Konferensi Perubahan Iklim ke-30 (COP30) di Brasil, dengan sejumlah negara telah menunjukkan ketertarikan membeli karbon Indonesia.

“Kita juga akan fokus dengan penjualan, karena ada sesi khusus seller meet buyers, di mana mungkin kita akan menjelaskan dan mendorong agar adanya penjualan karbon di situ,” ujar Wakil Menteri Lingkungan Hidup/Wakil Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH), Diaz Hendropriyono, dalam rapat persiapan delegasi RI di Jakarta, Rabu (27/8/2025).

Baca Juga

Diaz menjelaskan, akan ada pertemuan di Paviliun Indonesia untuk memaparkan potensi perdagangan karbon, baik karbon hayati (nature based) dari sektor kehutanan dan kelautan, maupun dari sektor lain termasuk energi.

Beberapa negara sudah menunjukkan minat, termasuk Norwegia yang menyatakan tertarik membeli karbon sebesar 12 juta ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e). Namun, skema yang dipertimbangkan bukan sekadar pembelian langsung, melainkan investasi untuk proyek pembangunan berkelanjutan, seperti energi baru terbarukan.

“Norwegia itu nanti bersedia mensubsidi proyek-proyek solar panel yang tidak memiliki economic viability, sehingga proyek itu bisa berjalan,” jelas Diaz.

Selain itu, terdapat potensi kerja sama dengan Korea Selatan untuk kredit karbon dari sektor kelapa sawit serta dengan Jepang untuk Renewable Energy Certificates (RECs). “Korea juga sudah menyatakan minat terkait carbon credit dari POME (Palm Oil Mill Effluent), dari sektor kelapa sawit. Nanti kita akan lihat konvensionalisasinya seperti apa karena kita sudah punya MoU dengan Korea yang akan berakhir pada 2026,” kata Diaz.

Indonesia juga tengah memproses perjanjian Mutual Recognition Agreement (MRA) dengan salah satu badan standar dan registrasi pasar karbon, Verra, setelah sebelumnya mencapai kesepakatan dengan Gold Standard pada tahun ini.

“Tentunya kita akan dorong perdagangan karbon lebih besar lagi. Artinya, MRA dengan international standard semoga bisa terus kita lakukan,” ujar Diaz Hendropriyono.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by ESG Now (@esg.now)

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement