Kamis 17 Jun 2010 00:06 WIB

Sejumlah Dokumen Ungkap Pengabaian British Petroleum atas Prosedur Standar

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Kebakaran di Deepwater Horizon
Foto: Wired
Kebakaran di Deepwater Horizon

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam sebuah surat elektronik yang ditulis enam hari sebelum ledakan Deepwater Horizon, seorang teknisi British Petroleum menjuluki bahwa sumur tersebut adalah "mimpi buruk". Surat tersebut dirilis awal pekan ini oleh Komiter Parlemen AS bidang Energy dan Perniagaan dan itu adalah salah satu dari banyak dokumen perusahaan yang memaparkan keputusan berisiko yang diniatkan BP untuk memangkas anggaran, awal mula bencana luapan minyak di teluk meksiko.

"Ini selalu menjadi sumur mimpi buruk bagi setiap orang di mana pun," tulis teknisi BP, Brian Morel kepada seorang koleganya. Morel menginginkan perusahaan menggunakan liner (pelapis sumur atau kolam dari bahan sintesis--biasanya PVC--yang kerap digunakan di explorasi minyak bawah air) atau pembatas/perisai melingkari sumur agar menahan gas menyembur dan berpotensi menghasilkan ledakan.

Salah satu semburan sempat menyebabkan Deepwater Horizon berhenti sementara di awal April. Namun, BP memilih menentang pemasangan liner sebab akan menelan biaya ekstra 7 juta dolar hingga 10 juta dolar (sekitar Rp36-92 milyaran)

"BP terlihat telah membuat sejulah keputusan demi alasan ekonomis namun justru meningkatkan bahaya besar akibat kegagalan fungsi sumur," tulis kepala komite, Henry Waxman, wakil dari California dan Bart Stupak, wakil dari Michigan dalam sebuah surat yang dilayangkan ke CEO BP, Tony Hayward.

Di sejumlah contoh, keputusan tersebut tampak sebagai pelanggaran nyata terhadap panduan perusahaan dan dibuat meski telah ada peringatan dari teknisi ahli yang dimiliki sendiri oleh BP serta kontraktornya. BP berulang kali memiliki prosedur berisiko dalam rangka mengurangi biaya dan menghemat waktu."

Sebagai tambahan, dalam isi surat, kedua anggota Komite juga menyatakan keputusan untuk tidak menggunakan liner adalah satu dari empat contoh pengabaian yang berisiko tinggi.

Halliburton, perusahaan yang bertanggung jawab melakukan penyemenan pada dinding sumur, merekomendasikan menggunakan, 21 pusat tabung dalam sumur minyak, yakni untuk meletakkan tabung logam yang menerus ke pusat sumur.  Tak adanya tabung pusat akan menyebabkan semen mengeras dengan kondisi berbeda, menghasilkan celah dan saluran yang akan memperlemah struktur tersebut serta meningkatkan kemungkinan kegagalan fungsi. Sedangkan BP hanya menggunakan 6 tabung logam.

Dalam sebuah kajian sumur tersebut yang dirilis pada pertengahan April, terdapat laporan berbunyi, "Ini tidak akan menjadi pekerjaan penyemenan yang berhasil". BP pun menolak untuk menjalankan "log ikatan semen", evaluasi sehari penuh untuk mengetes kemampuan rekat semen. Seorang kru yang datang untuk melaksanakan tugas tersebut diminta pulang kembali.

BP juga tak mampu menyirkulasikan lumpur yang mengisi sumur saat ia dibor. Langkah itu membuat lumpur tetap tinggal di dasar sumur hingga menyerap gas dan serpihan. Kondisi lebih lanjut, campuran lumpur itu memperlemah semen di bagia dasar sumur. BP kemudian juga memutuskan tidak menggunakan segel pengunci yang seharusnya mengamankan bagian teratas sumur, di mana ia muncul dari dasar laut.

Daftar lengkap dari dokumen tersebut telah ditayangkan di situs online Komiter Parlemen. Hayward dari BP, dijadwalkan akan bersaksi pada Kamis. "Kami meminta anda datang dengan persiapan," tulis Waxman dan Stupak dalam penutupan surat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement