Kamis 17 Jun 2010 04:06 WIB

Kaderisasi Ulama Perlu untuk Hadapi Paham Sekuler

Rep: Dyah Ratna Meta Novi/ Red: Arif Supriyono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pemikiran filsafat dari Barat yang kian meluas mengundang keprihatinan beberapa kalangan. Untuk itu diperlukan upaya untuk membendung paham yang banyak berseberangan dengan pemikiran keagamaan tersebut.

Direktur Program Kaderisasi Ulama (PKU) Institut Studi Islam Darussalam Gontor, Jatim,  Hamid Fahmy Zarkasyi, mengatakan tantangan-tantangan yang ditimbukan dari berkembangnya pemikiran Barat seperti paham sekulerisme, rasionalisme, empirisisme, dualisme, dan dikotomi semakin besar. “Tetapi yang memprihatinkan, saat ini anak-anak muda, cendekiawan, bahkan ulama menerima konsep-konsep pemikiran Barat seperti pluralisme maupun feminisme secara membabi buta. Oleh karena itu PKU diperlukan untuk mencegah agar para cendekiawan, ulama, maupun anak-anak bangsa tak terpengaruh pemikiran barat secara mentah-mentah tanpa disaring terlebih dulu,” katanya di Jakarta, Rabu (16/6).

Banyak ulama, ujar Hamid, yang belum memahami berbagai tantangan yang ditimbulkan dari pemikiran barat. Apalagi, di pondok pesantren-pondok pesantren tidak diajarkan pemikiran Barat seperti itu. Oleh karena itu, tuturnya, dalam PKU diajarkan berbagai ilmu filsafat Barat berlandaskan Alquran dan hadis supaya mereka bisa menyaring dan tidak menelannya mentah-mentah.

Untuk mengikuti PKU, kata Hamid, peserta harus memenuhi syarat, antara lain S1, mampu berbahasa Inggris dan Arab. Para peserta diseleksi dan hanya diambill 20 orang untuk mengikuti PKU selama enam bulan. Bagi peserta yang menonjol, mereka bisa mendapatkan beasiswa S2 di Institut Studi Islam Darussalam Gontor. Semua kegiatan PKU didanai oleh Pondok Gontor.

PKU telah berjalan sejak tahun 2007. Para peserta diberi pelajaran antara lain modernisme, posmodernime sekularisme, liberalisme, filsafat hermeneutik, ilmu-ilmu Alquran, ilmu-ilmu hadis, ilmu tafsir, ilmu ushul fikih, dan akidah Islam.

Para peserta, kata Hamid, juga diajarkan pelajaran teknologi informasi, penulisan karya ilmiah, dan jurnalistik. “Ini supaya mereka bisa menyebarkan ilmunya seluas-luasnya, tidak terbatas dalam ruang kelas saja,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement