Kamis 19 Aug 2010 04:53 WIB

Deplu AS: Iran tak Perlu Miliki Pengayaan Uranium

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON--Peluncuran fisik reaktor nuklir Bushehr mendatang membuktikan bahwa Iran tidak perlu mengembangkan fasilitas pengayaan semdiri karena bisa menggunakan bahan bakar nuklir yang disediakan oleh negara lain, kata juru bicara Deplu AS. Badan Tenaga Atom Federal Rusia (Rosatom) Jumat mengatakan, reaktor pertama di pabrik tenaga nuklir Bushehr (NPP) akan mulai menggunakan bahan bakar nuklir Rusia 21 Agustus.

"Bushehr adalah proyek nuklir sipil dan itu benar-benar membuktikan bahwa mereka tak perlu untuk membangun fasilitas pemerkaya uranium sendiri," kata Pejabat Wakil Juru Bicara Deplu Mark Toner dalam penjelasan pers harian, Selasa. "Dan itu benar-benar memberikan satu model yang kami telah perluas - P-5+1 (atau Iran Enam) kepada Iran," katanya menambahkan.

Pejabat itu mengatakan, bahwa Washington terus merasa khawatir terhadap ketidak bersediaan Teheran untuk memenuhi komitmen-komitmen internasional dan berupaya memperkaya uraniumnya. Dia menegaskan, bahwa Bushehr "tidak ada kaitannya dengan aktivitas pengayaan uranium (Iran)."

Pembangunan pabrik tenaga nuklir pertama Iran itu dimulai 1975 oleh tujuh perusahaan pembangunan Jerman.  Mereka dipulangkan setelah embargo AS mengenai pasokan teknologi tinggi kepada Iran setelah Revolusi Islam pada 1979 dan pengepungan atas kedutaan AS di Teheran.

Rusia menandatangani kontrak dengan Iran untuk menyelesaikan pembangunan pabrik tenaga nuklir itu pada Februari 1998. Pada 9 Juni 2010, Dewan Keamanan PBB menyetujui putaran keempat sanksi terhadap Iran atas program nuklirnya, termasuk perluasan embargo senjata dan pengawasan ketat keuangan di samping larangan aset terhadap tigapuluh perusahaan dibekukan dan larangan perjalanan bagi perorangan.

sumber : ant/RIA Novosti-OANA
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement