Senin 23 Aug 2010 06:50 WIB

Bernard Hopkins, Islamnya Sang Algojo Tinju Dunia

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Budi Raharjo
Bernard Hopkins
Bernard Hopkins

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Penggemar tinju dunia tentu tak asing dengan nama Bernard Hopkins. Dialah sang algojo (The Executioner). Julukan ini diberikan karena kemampuannya dalam mengalahkan lawan-lawannya di atas ring tinju.

Tercatat, sejumlah nama besar di kelas menengah (middleweight) yang berhasil dikanvaskannya, baik dengan technical knock out (TKO), knock out (KO), maupun kemenangan angka mutlak. Di antara lawan-lawan yang tangguh yang pernah dikalahkannya adalah Oscar de la Hoya, Roy Jones Jr, Felix Trinidad, Antonio Tarver, dan Glen Johnson.

Bernard Hopkins memulai karier tinju profesionalnya sejak tahun 1988. Ia adalah seorang bintang olahraga tinju Amerika Serikat. Namanya mulai dikenal luas publik Amerika dan dunia karena keberhasilannya mempertahankan rekor 20 kali gelar juara tinju dunia kelas menengah.

Pria kelahiran Philadelphia, Pennsylvania, 15 Januari 1965, ini merupakan petinju pertama di dunia yang memegang empat gelar kejuaraan tinju utama dunia. Dia juga tercatat sebagai petinju tertua yang pernah memegang juara kelas menengah di kejuaraan tinju profesional. Berkat prestasinya ini, oleh majalah The Ring dan World Boxing Hall of Fame, Hopkins dinobatkan sebagai petinju terbaik dunia tahun 2001.

Hopkins tumbuh dan dibesarkan oleh kedua orang tuanya, Bernard Hopkins Sr dan Shirley Hopkins, di kawasan Rosen Raymond. Saat usianya menginjak 13 tahun, ia terlibat dalam sebuah aksi kejahatan. Ia melakukan penjambretan dan menikam orang tersebut dengan tiga kali tusukan. Atas perbuatannya tersebut, dia harus menjalani hukuman penjara selama 18 tahun bersama sembilan orang rekannya di Penjara Graterford.

Selama menjalani masa hukuman di penjara, Hopkins banyak menyaksikan berbagai aksi kejahatan yang dilakukan oleh sesama narapidana, mulai pemerkosaan hingga pembunuhan sesame tahanan. Pada tahun-tahun tersulitnya saat mendekam di penjara, ia justru menemukan gairahnya untuk bertinju. Karena dia berkelakuan baik, dia kemudian hanya dipenjara selama lima tahun.

Selepas dari penjara, dia memutuskan untuk menggunakan tinju sebagai pelarian dari kehidupan sebelumnya. Perjalanannya di ring tinju, awalnya tidak berjalan mulus. Dia sempat dipecat dari klub yang menaunginya karena kalah bertarung, hingga akhirnya dia memasuki tinju kelas menengah.

Di kelas itu, debutnya dimulai dengan manis. Dalam pertandingan melawan Greg Paige di Blue Horizon pada 22 Februari 1990, ia dinyatakan menang mutlak. Setelah kemenangan pertamanya ini, antara Februari 1990 dan September 1992, Hopkins berhasil mencetak 20 kemenangan tanpa kekalahan. Dari keseluruhan kemenangan yang diraihnya ini, 15 di antaranya merupakan kemenangan KO. Sebanyak 11 kemenangan tersebut di antaranya ia bukukan pada ronde pertama. Karena itu pula, gelar menengah pun melekat di pinggangnya.

Pada pertandingan yang ke-22, pada 22 Mei 1993, kedigdayaan Hopkins di kelas menengah versi IBF menemui jalan terjal. Ia dikalahkan oleh petinju Roy Jones Jr. Kekalahan ini tentu saja sangat menyakitkan. Sebab, kariernya sebagai petinju tangguh yang berjuluk sang algojo menjadi ternoda. Meskipun kemudian, dia bisa membalaskan kekalahannya terhadap Roy Jones Jr beberapa tahun setelahnya.

Menjadi Muslim

Tidak hanya memutuskan menggeluti dunia tinju, ia juga mengambil sebuah langkah besar dalam kehidupan spiritualnya. Ia memilih Islam sebagai pemandunya. Ada yang menyebutkan bahwa Hopkins mengucapkan dua kalimat syahadat saat ia masih mendekam di dalam penjara. Ada pula yang menyebutkan, ia masuk Islam setelah menghirup udara bebas. Tidak banyak literatur yang mengungkapkan bagaimana awal mula ia tertarik kepada ajaran Islam.

Di luar ring tinju, Hopkins menjalani kehidupannya dengan normal. Ia merupakan suami dari Jeanette Hopkins yang dinikahinya sejak 1993 dan ayah dari seorang putri bernama Latrice. Menjadi seorang Muslim tidak menghalangi Hopkins untuk terus berkarier di dunia adu jotos ini. Bahkan, tanpa sepengetahun banyak orang, ia kerap berdoa sebelum bertarung. Baginya, tinju adalah pekerjaannya. Dan, ia menganggap dirinya mampu dan masih kuat.

''Seorang prajurit sejati tidak akan menyerah, tidak peduli apakah mereka dibesarkan di pinggiran kota atau lainnya. Saya tak akan menyerah. Karena itulah, saya di sini. Saya harus bekerja keras dan jujur pada diri sendiri,'' tuturnya.

Kendati tak pernah menunjukkan jati dirinya sebagai seorang Muslim, ia begitu fanatik dengan agama Islam. Jangan pernah menyinggung ajaran Islam yang negatif di hadapannya kalau tidak ingin ia marah.

Sebab, hal itu pernah terjadi saat ia akan bertarung melawan Trinidad. Kala itu, beberapa saat setelah kejadian pengeboman WTC oleh teroris pada 11 September 2001, seorang jurnalis bertanya kepadanya mengenai Islam dan teroris. Ia pun marah besar. ''Tidak semua umat Islam sama dengan para pelaku itu,'' tegasnya dengan nada tinggi.

Dalam kesehariannya, Hopkins pun tampak tenang. Kendati dulunya dia pernah menikam orang, hal itu seakan menjadi pengalaman pahit yang harus diubahnya. Ia tidak ingin lagi tenggelam dalam kehidupan kelam seperti itu. Baginya, perbuatan itu benar-benar buruk. Dalam organisasi keislaman, ia bergabung dengan Nation of Islam (NOI) yang didirikan oleh Elijah Muhammad. Setiap akan naik ke atas ring tinju, dua orang rekannya dari NOI senantiasa mengiringinya dengan doa.

Ketika ditanya mengapa tidak mengganti namanya sebagaimana lainnya setelah masuk Islam, Hopkins mengatakan, baginya hal itu tidak terlalu penting. ''Islam bukan soal nama, tapi masalah sikap dan perbuatan serta keyakinan kepada Sang Pencipta,'' ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement