REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA--Harga minyak turun di perdagangan Asia, Selasa (31/8) karena para pedagang khawatir seputar pernyataan pemulihan ekonomi Amerika Serikat menjelang diterbitkannya data pasar utama AS pekan ini, demikian kata analis.
Kontrak utama New York, untuk minyak mentah jenis light sweet pengiriman Oktober turun 42 sen ke posisi 74,28 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengapalan Oktober turun 47 sen menjadi 76,13 dolar AS per barel.
Penurunan dalam harga minyak merupakan "refleksi dari kekhawatiran umum mengenai pemulihan ekonomi Amerika Serikat," kata Commonwealth Bank of Australia (CBA) dalam sebuah laporan.
Sentimen pedagang telah terpukul Senin malam oleh sebuah laporan dari Departemen Perdagangan Amerika Serikat, yang menunjukkan bahwa pendapatan perorangan mengalami kenaikan hanya 0,2 persen pada Juli di Amerika Serikat, lebih kecil ketimbang yang diprediksikan kenaikan 0,3 persen.
Pasar-pasar di mana juga menunggu data ekonomi AS utama yang dijadwalkan dirilis pekan ini, termasuk sejumlah pabrikan industri pada Rabu dan angka-angka tenaga kerja kunci pada Jumat, ke dua diperkirakan mengindikasikan pelemahan ekonomi.
Jaminan yang disampaikan ketua Federal Reserve Ben Bernanke pada Jumat mengenai ekonomi AS, gagal merangsang pasar.
Dalam pidato yang sangat diantisipasi, Bernanke mengatakan prospek pertumbuhan AS naik tampak "tetap di tempat" meski ada pengurangan tajam dalam kecepatan ekspansi ekonomi kuartal kedua.
Bernanke menambahkan bahwa The Fed akan mengambil langkah-langkah lebih "tidak konvensional" untuk meningkatkan pertumbuhan
jika prospek ekonomi "memburuk secara signifikan."
CBA dalam laporan di halaman depan menambahkan bahwa kenaikan pajak ekspor minyak Kazakkhstan juga telah memukul antusias para pedagang.
"Kazakhstan, produsen minyak terbesar di Asia Tengah, merencanakan untuk melipatduakan pajak ekspor minyaknya menjadi 40 dolar AS per metrik ton pada tahun depan," katanya.