Senin 20 Sep 2010 07:23 WIB

Universitas Harvard Beri Penghargaan bagi Dosen yang Hina Islam

Universitas Harvard
Foto: .
Universitas Harvard

REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON--Beberapa fakultas dan mahasiswa Universitas Harvard menentang rencana untuk menghormati alumnus dan editor The New Republic karena posting blog dia diterbitkan bulan ini. Dalam blognya, ia menuliskan bahwa kehidupan Muslim adalah "murah."

Martin Peretz, dijadwalkan akan dihormati pada 25 September dalam  perayaan ulang tahun ke-50 program studi sosial universitas ternama itu.

Teman, alumni, dan mantan mahasiswa Peretz, yang mengajar di Harvard selama lebih dari 40 tahun, membentuk dana penelitian atas namanya. Namun, mereka mengusulkan nama lain dan pembatalan penghormatan menyusul posting blog Peretz pada 4 September. Menanggapi jajak pendapat New York Times tentang pusat komunitas Muslim yang diusulkan dekat Ground Zero, Peretz mengatakan bahwa "kehidupan Muslim adalah murahan, hampir pada sebagian besar Islam."

Peretz menegaskan bahwa di antara umat Islam yang menjadi pengusul pusat komunitas itu yang mampu dan bisa mendefinisikan persaudaraan mereka. "Apakah saya harus menghormati orang ini dan berpura-pura bahwa mereka layak mendapat privilege dari First Amendment, saya yakin mereka akan penyalahgunakannya."

Peretz pada hari Senin meminta maaf atas kalimat "memalukan" tentang Amandemen Pertama, tapi membela komentar yang lain.

Abdelnasser Rashid, presiden dari Harvard Islamic Society, mengatakan telah mengirimkan surat untuk mendesak Departemen Ilmu Sosial  membatalkan pemberian gelar kehormatan itu. Surat itu ditandatangani oleh berbagai kelompok mahasiswa dan dikirim ke departemen akhir minggu ini.

Dalam sebuah pernyataan, Harvard mengatakan bahwa pernyataan Peretz itu adalah "menyulitkan untuk banyak anggota masyarakat kita, dan dimengerti begitu," tetapi mereka menyatakan tidak akan mencabut gelar itu.

"Ini adalah pusat dari misi sebuah universitas untuk melindungi dan menegaskan kebebasan berbicara, termasuk hak Peretz, serta orang yang tidak setuju dengan mereka, untuk mengekspresikan pandangan mereka," kata pernyataan itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement