Sabtu 18 Dec 2010 08:08 WIB

PM Cina Lakukan Kunjungan Langka ke Pakistan

Perdana Menteri Cina, Wen Jiabao, menginspeksi tentara pengawal kehormatan dalam upacaya penyambutan di pangkalan udara Chaklala, Rawalpindi, Pakistan, Jumat (17/12/2010).
Foto: AP
Perdana Menteri Cina, Wen Jiabao, menginspeksi tentara pengawal kehormatan dalam upacaya penyambutan di pangkalan udara Chaklala, Rawalpindi, Pakistan, Jumat (17/12/2010).

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD--Pakistan, yang tengah dijepit pemberontakan dan kemiskinan masif, berharap ada dorongan ekonomi dari kunjungan langka Perdana Menteri Cina, Wen Jiabao, Jumat (17/12). Kunjungan PM Cina itu bertujuan memperluas ikatan perdagangan dan aliran investasi negeri tirai bambu di negara tersebut.

Lawatan Wen,--pertama kali oleh PM Cina dalam lima tahun terakhir--juga sebuah kesempatan bagi Islamabad untuk menunjukkan hubungan dengan sekutu yang dipandang menawarkan konsistensi dan memberi dukungan tanpa embel-embel.

Pesawat yang mengangkut pemimpin Cina itu mendarat di bandara Pakistan yang dijaga ketat. Karpet merah dibentangkan dan para penjaga dengan sikap penuh penghormatan dipajang. Pemimpin tertinggi sipil dan militer Pakistan, bahkan hampir seluruh menteri Kabinet hadir untuk menyambut Wen dan ratusan delegasi kuatnya.

Sang PM yang bertandang ke Pakistan setelah tiga hari bertamu ke seteru Pakistan, India, dijadwalkan akan bertemu dengan Perdana Menteri Yousaf Raza Gilani dan meneken kesepakatan bisnis bernilai milyaran dolar selama kunjungannya.

Agenda kunjungan yang juga direncanakan selama tiga hari akan membahas investasi, perdagangan bilateral dan juga menguatkan kembali hubungan dua negara yang kerap disebut--pertemanan segala cuaca. Hubungan keduanya telah bertahan dan berkembang terleps masalah Pakistan dan peningkatan relasi Beijing dengan New Delhi.

Cina adalah teman terdekat Pakistan di tataran geografis yang memberi Islamabad bantuan militer dan teknis, termasuk teknologi nuklir. Yang lebih krusial, Beijing dipandang oleh banyak pengamat internasional memperlakukan Pakistan sederajat--tidak seperti Washington--dan tidak menuntut apa pun sebagai balasan bantuan.

Pembuat kebijakan di Islamabad prihatin dengan langkah Washington yang mengelompokan Pakistan dengan Afghanistan dalam diskusi kebijakan luar negeri--yang diistilahkan oleh pejabat AS "AfPak--alih-alih memandang mereka sebagai satu bangsa. Kebijakan itu kontras dengan sikap AS yag memperlakukan India sebagai identitas tunggal.

Meski Cina tidak membuat tuntutan persayaratan seperti AS, Beijing bukan berarti melenggang dengan tangan kosong. Pakistan bertindak sebagai pintu gerbang dunia Muslim bagi Cina dan itu berarti sumber dekat sekaligus murah terhadap bahan baku alami sebagai bahan bakar ekonomi negeri yang tumbuh luar biasa pesat.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement