Rabu 05 Jan 2011 22:37 WIB
ISL vs LPI

Pilih Mana, LSI atau LPI?

Liga Primer Indonesia
Liga Primer Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Catat baik-baik tanggal-tanggal ini. 8 Januari 2011 dan setelah 9 Januari 2011, 8 Januari adalah pertandingan pertama Liga Primer Indonesia (LPI), sedangkan setelah 9 Januari adalah bergulirnya lagi lanjutan musim pertandingan Liga Super Indonesia (LSI).

Memilih manakah Anda? Memilih yang ada Irfan Bachdim atau yang ada Bambang Pamungkas?

"Saya berani taruhan LPI tidak akan bertahan sampai setahun," kata Hariyanto Irsyad, karyawan Prudential, sebuah perusahaan asuransi nasional.

Hariyanto adalah pemilih LSI dan pilihannya lebih karena daya tarik klub-klub terkenal di Indonesia yang menghuni kompetisi ini.

Hariyanto menilai popularitas sebuah liga tergantung kepada uang. Klub-klub di LSI dinilainya memenuhi syarat itu karena pundi-pundi keuangannya dicukupi oleh APBD. Sebaliknya, klub-klub di LPI akan menggenjot pemasukan dari tiket dan iklan, karena tak sepeser pun dana APBD untuknya.

Masalahnya, sambung Hariyanto, perusahaan-perusahaan akan lebih suka memasang iklan di liga yang banyak pendukungnya karena itu menguntungkan mereka.

"Sudah jelas klub yang banyak pendukungnya adalah LSI," katanya.

Faktanya, di LSI banyak klub besar yang memiliki pendukung besar. Sebut saja Persija, Persib, Arema dan Sriwijaya FC. Di LPI, hanya Persebaya yang memiliki kelas pendukung setingkat klub-klub besar LSI itu.

Hariyanto melanjutkan --ups dia benar-benar mengikuti persepakbolaan-- kerugian LPI adalah jika salah satu klubnya menjadi juara kompetisi, maka si juara sudah pasti tak bisa mengikuti laga-laga berlevel internasional seperti Liga Champions Asia karena FIFA hanya mengakui satu liga.

"Saat ini yang FIFA akui adalah LSI," katanya.

Komentar Hariyanto dikuatkan Rizal Rifaii, penjaga halte busway Bank Indonesia. Anak muda ini jelas penyuka LSI karena di sini bercokol klub favoritnya, Persija.

"Orang-orang pasti milih LSI karena klub-klub beken ada di situ," ujar Rizal.

Sebaliknya, Habibi Yasin, pegawai swasta di daerah Jakarta Pusat, akan beralih memilih LPI. Dia menilai liga itu mandiri karena tak mengandalkan dana APBD yang sarat korupsi.

Buktinya dia berkata, "Harusnya KPK sudah membongkar kasus korupsi di PSSI."

Sama dengan Habibi, Adi Prayitno yang berkuliah di Universitas Trisakti jurusan desain grafis, juga menyukai LPI. Tapi dia tampaknya mewakili generasi yang selalu kritis terhadap kemapanan, apalagi kemapanan itu menyimpan kebusukan. Adi memilih LPI karena menganggapnya membawa perubahan.

"Intinya LPI memberikan warna baru terhadap sepakbola tanah air," katanya.

Orang seperti Adi kesal terhadap kecenderungan memanipulasi pencapaian olahraga untuk keuntungan-keuntungan politik atau hanya demi mengeduk untung.

"Manajem LSI kurang mementingkan bola, uang doang yang dipikirn," sambung Reza Fiyan, mahasiswa Universitas Mercubuana jurusan Informatika.

Reza juga pemilih LPI. Alasannya, LPI bakal mendorong profesionalitas klub karena ada dukungan finansial yang besar kepadanya. Dia yakin dana yang besar berkorelasi dengan kualitas profesionalisme dan stabilitas tim.

"Klub di LSI cuma dapat kucuran dana Rp6 miliar sedangkan di LPI dapat Rp30 miliar," kata Reza mengutip informasi yang didapatkan dari internet.

Namun banyak juga yang belum menentukan pilihan, diantaranya Muhammad Dani. "Bagaimana harus memilih, bentuk permainan LPI saja tidak tahu," kata polisi pamongpraja ini

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement