REPUBLIKA.CO.ID,TRIPOLI--Pengunjuk rasa di Libya berencana menguasai jalan-jalan selama sehari yang disebut "hari kemarahan", Kamis ini. Mereka terinspirasi protes di Mesir dan Tunisia, tapi LSM-LSM hak azasi memperingatkan kemungkinan penumpasan oleh angkatan bersenjata.
Organisasi hak azasi manusia Human Rights Watch yang berkantor di New York mengatakan, pihak berwenang Libya menahan 14 aktivis, penulis dan pengunjuk rasa yang mempersiapkan aksi anti pemerintah.
Menurut televisi Al Jazeera dan posting-posting di Facebook, dua orang tewas pada protes Rabu di Al Bayda, di sebelah timur kota kedua Libya Benghazi. Tapi mereka tidak mengumumkan sumber berita, sehingga kebenarannya tidak bisa diverifikasi.
Di negara yang jarang ada protes umum, rencana demonstrasi ini diumumkan oleh para aktivis anonim di jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter.
Selama 40 tahun Muammar Gaddafi memerintah Libya dengan tangan besi. Kini Gaddafi adalah pemimpin Afrika yang paling lama berkuasa.